Rabu, 02 Desember 2009

Rabu, 25 November 2009

“Ya ALLAH, sehatkanlah tubuhku; Ya ALLAH, sehatkanlah pendengaranku; Ya ALLAH sehatkanlah penglihatanku.
Ya ALLAH aku berlindung kepadaMu dari kekufuran dan kefakiran dan aku berlindung kepadaMu dari azab kubur, tiada TUHAN yang berhak disembah kecuali Engkau”

Jangan pernah terlambat untuk bersyukur atas nikmat sehat pada diri kita
Jangan pernah terlambat menyadari nikmat sehat ketika kita baru diuji dengan rasa sakit

Semoga hamba slalu bersyukur di setiap desah nafas ini...
readmore »»  

Selasa, 24 November 2009

Berikan walau hanya sedikit

Suatu cerita, ada seorang ibu yang hidup sangat sederhana dengan enam orang anaknya. Ia hidup dengan penghasilan yang pas-pasan. Suatu hari, mejelang makan malam, ibu itu tidak memiliki bekal makanan yang cukup buat dimasak saat itu. Jika menengok ke dapurnya hanya tinggal tersedia beras satu cangkir dan garam. Namun, ibu itu tidak kehilangan akal, bagaimana agar semua anggota keluarga bisa makan pada malam hari. Diambillah panci yang sudah sangat tua umurnya, ia masukkan beras dan dicampur air dgn takaran yg lumayan banyak setelah itu dibubuhi garam secukupnya..... ya akhir dari masakan itu adalah bubur yg sangat bubur...
”Nak, maaf yah, malam ini ibu hanya bisa menyediakan bubur ini. Insyaalloh dari bubur ini lah yang akan mengantarkan kalian menjadi anak sholeh/sholehah, karena ibu sangat berharap pada ALLOH adanya keberkahan di dalam makanan ini”, tutur sang ibu dengan lembut.
”Ibu, bubur ini sangat lezat!”, komentar seorang anaknya.
”Alhamdulillah nak...”, sahut sang ibu.
Mungkin bisa dibayangkan oleh kita semua, berapa banyak jatah yang didapat oleh setiap anggota keluarga dan bagaiman pula rasanya....
Banyak ibroh yang bisa kita ambil dari kisah di atas... bagaimanakah bisa anak tersebut mengatakan bahwa bubur itu sangat lezat???
Yah, bisa jadi anak ini sudah sangat lapar dan sangat menantikan makanan atau juga ia merasakan kesungguhan dari masakan yang telah dibuat ibunya.. suatu feel yang sangat hebat....
Satu lagi ibroh yang bisa diambil adalah.. suatu keberanian dari sang ibu ini untuk bisa menyediakan makan malam dengan persediaan yang sangat terbatas. Suatu prinsip dari seorang ibu adalah, ”Aku harus bisa memberikan semampuku apa yang aku miliki untuk anak-anakku, dan kesemuanya itu harus aku kelola dengan hatiku agar terasa istimewa” Yaitu.. buat kita semua, jangan takut untuk memberikan walau apa yang kita miliki baru sedikit, baik itu ilmu. Berikanlah ilmu yang engkau punya kepada sekelilingmu, karena mereka sangat haus dengan ilmu.. jangan takut salah untuk menyampaikan.. cobalah, cobalah, dan cobalah.... dan ketika hendak memberikan ilmu itu... sampaikanlah dandengan hati, karena insyaalloh itu akan sampai pada hati pula.. berlidunglah pada ALLOH agar dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat dan dihindarkan dari kekeluan lidah ketika kita menyampaikan ilmu....
Selamat mencoba.. :)
readmore »»  

Senin, 23 November 2009

ANDAI KUBERIKAN SEMUANYA ( sebuah penyesalan yang indah )

Seperti biasa ketika hari Jum’at tiba para kaum lelaki berbondong-bondong menunaikan ibadah Sholat Jum’at ke Masjid, ketika itu ada seorang Sahabat sedang bergegas menuju ke Masjid di tengah jalan berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntunnya, lalu sahabat ini dengan sabar dan penuh kasih membimbingnya hingga tiba di masjid.
Pada hari yang lain ketika waktu menjelang Shubuh dengan cuaca yang amat dingin, Sahabat tersebut hendak menunaikan Jama’ah Sholat Shubuh ke Masjid, tiba-tiba ditengah jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan, kebetulan Sahabat tadi membawa dua buah mantel, maka ia mencopot mantelnya yang lama untuk diberikan kepada lelaki tua tersebut dan mantelnya yang baru ia pakai

Pernah juga pada suatu ketika Sahabat tersebut pulang ke rumah dalam keadaan sangat lapar, kemudian sang istri menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging, namun tiba-tiba ketika hendak memakan roti yang sudah siap santap untuk dimakan tadi datanglah seorang musafir yang sedang kelaparan mengetuk pintu meminta makan, akhirnya roti yang hendak beliau makan tersebut dipotong menjadi dua, yang sepotong diberikan kepada musafir dan yang sepotong lagi beliau memakannya.

Maka ketika Sahabat tersebut wafat, Rosulullah Muhammad SAW datang, seperti yang telah biasa dilakukan beliau ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Rosulullah berkata,” Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?”

Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal” “Apa yang di katakannya?” “saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum wafat, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong."

“Bagaimana bunyinya?” desak Rosulullah.

Istri yang setia itu menjawab, “suami saya mengatakan “Andaikata lebih panjang lagi……andaikata yang masih baru..…. andaikata semuanya…….”
hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?”

Rosulullah tersenyum.”sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,”ujarnya.

Jadi begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum’at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun.

Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan betapa luar biasanya pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata “andaikan lebih panjang lagi”. Maksud suamimu, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar lagi.

Ucapan lainnya ya Rosulullah?” tanya sang istri mulai tertarik.

Nabi menjawab,”adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan.

Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya.

Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, “Coba andaikan yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi”.Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?” tanya sang istri makin ingin tahu.

Dengan sabar Nabi menjelaskan,”ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan.

Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ‘ kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.

Sabahatku, coba kita lihat apa kata Al-Qur’an :
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”. (Al-Isra:7)

Mungkin Anda yang kritis akan bertanya, kok Rosulullah tahu masa lalu Sahabat tersebut ya ? , Karena posisi Rosulullah SAW sudah berada di PUSAT INFORMASI, kita pernah mendegar pepatah modern ‘ Siapa yang menguasai informasi, dialah yang paling berkuasa di dunia ini’, maka sangat pantas dan wajar kalau Islam pada waktu itu barkuasa karena kepada negaranya berada di PUSAT INFORMASI, apakah kita bisa sampai ke Pusat Informasi itu? tentu saja bisa, karena Rosulullah adalah manusia biasa seperti kita, dan kitapun bisa copy paste karateristik beliau. Jadi kalau kita ingin berada di PUSAT INFORMASI kita harus berupaya memeras tenaga dan fikiran untuk mengcopy paste Karateristik Rosulullah SAW
readmore »»  

Jumat, 13 November 2009

Cinta, sebenar-benar cinta...

Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan
mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan
khutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta
kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara
pada kalian, Al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku,
bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk
syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan
mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu
persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun
menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali
menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah
tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat
kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di
dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas
menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari
mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti
akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang
di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang
berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata
sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah
anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan
kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril
tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya
sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu
dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau
melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada
Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah
memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian
maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.
"Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak
lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku",
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke
bibir Rasulullah yang mulai kebiruan."Ummatii, ummatii, ummatiii?" -
"Umatku, umatku, umatku" Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli
'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada
kita.
readmore »»  

Jumat, 28 Agustus 2009

Aku Tinggalkan bagi mereka Allah dan RasulNya...

Baginda Rasul menyerukan kepada kaum muslimin untuk menyumbangkan dana dan kendaraan yang mereka miliki dalam perang tabuk. Kemudian datanglah Abu Bakar membawa hartanya, lalu Rasulullah berkata” Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?Jawab abu Bakar: ” Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan RasulNya”

Sungguh…. Saat membaca kisah perang tabuk, aku merasa teramat sangat malu kepada Allah dan Rasulnya.. tanpa bisa terbendungkan butir-butir airmata mengalir deras dari mataku, amanah Allah ini. Terkenang kisah perjuangan para ikhwah diawal tahun ’99, pertama kali jamaah ini mendirikan wasilah dakwah, Partai Keadilan. Para akhwat harus merelakan jilbab –jilbab putih mereka disulap menjadi bendera-bendera partai dan menjadi spanduk-spanduk. Mereka juga harus pulang malam hari karena melakukan direct selling, menyebar di beberapa daerah sekitar kampus dan rumah-rumah mereka dalam keadaan shaum.
Mengingat kembali suka dan duka para akhwat dalam proses belajar mereka menebar kebaikan. Mereka rela melewati hutan, menyusuri sungai kecil yang tingginya sepinggang dengan jarak hampir 1 km (yang karenanya mereka harus menyiapkan baju ganti) karena kalau melewati jalan darat jaraknya sangat jauh, hanya untuk mengisi pengajian di setiap minggunya. Terkadang timbul rasa takut pada diri mereka, jangan-jangan didalam hutan tersebut ada orang jahat yang akan menghadang mereka atau jangan-jangan didalam sungai ada ular yang akan mematuk mereka atau pecahan kaca yang akan melukai kaki mereka...tapi, tidak rela rasanya membiarkan ibu-ibu pengajian dan adik-adik TPA desa Gembala (sebuah desa yang hampir dikristenisasi-kan dan sudah berdiri sebuah gereja ) gelisah menunggu kehadiran mereka yang sering terlambat apalagi kalau sampai tidak datang. Bahagia rasanya bersama mereka mendiskusikan tentang Islam, Allah dan RasulNya...
Pertengahan November ’08 kembali mengingatkan ku tentang perjalanan dakwah ini. Kondisi seperti mereka mungkin tidak kita dapati lagi disini. Perjuangan kita semakin lama semakin membutuhkan tenaga, waktu dan dana. Kita mungkin tidak bisa lagi hanya mengandalkan niat semata tanpa dibarengi dengan kerja keras. Seperti kisah perang tabuk pada tahun ke-9 Hijri dibulan rajab, dipuncak musim panas dan ketika orang-orang menghadapi kehidupan yang sangat sulit. Ujian dan cobaan berat yang membedakan siapa yang didalam hatinya ada nifaq dan siapa yang benar-benar beriman.
Penggalan pembicaraan antara Rasul dan sahabatnya Abu Bakar hendaknya menyadarkan kita akan pentingnya berinfaq dan bersedekah untuk kemenangan dakwah ini. Begitu banyak ayat di dalam al-Quran yang menganjurkan kita untuk memperbanyak memberikan infaq dan keutamaan orang-orang yang berinfaq dijalan Allah (diantaranya Qs 2: 265-274, 3:117,134). Terkadang kita merasa tidak bisa memberikan apa-apa untuk dakwah ini. Tidak punya cukup banyak uang untuk berinfaq padahal afwan, kita berani berhutang hanya untuk membeli selembar jilbab atau rela membeli semangkok bakso untuk mengisi perut kita (padahal alangkah nikmatnya kalau kita berpuasa). Kita tidak bisa menginfaqkan sedikit waktu kita dengan alasan kesibukan kita masing-masing apalagi kalau harus pulang larut malam. Kita tidak bisa menginfaqkan tenaga kita karena sudah habis terkuras dengan rutinitas-rutinitas harian kita. Akhirnya tidak ada apa-apa yang bisa kita berikan untuk dakwah ini, untuk Islam ini. Apalagi sampai harus menginfaqkan diri kita untuk Allah dan rasulNya... Astaghfirullah..



Seorang Abu Bakar hendaknya memberikan pelajaran bagi kita tentang pentingnya memperbanyak infaq kita. Beliau hanya meninggalkan Allah dan RasulNya untuk diri dan keluarganya. Beliau yang termasuk salah seorang sahabat yang dijamin masuk surga rela memberikan harta dan segalanya untuk dakwah ini, lalu bagaimana dengan kita yang jelas-jelas belum tentu dijamin masuk surga?! Apakah kita tidak malu meminta segala kenikmatan surga sedang untuk memberikan sedikit saja harta, waktu dan tenaga kita di jalan Allah ini sangat berat kita rasakan?! Mungkin kita berpikir, wajar saja, tho Abu Abakar kan sahabat Nabi, hidup di Zaman Generasi Terbaik, sedang kita hidup di zaman yang penuh dengan kejahiliyaan. Sekarang renungkan pertanyaan ini. Apakah kita ingin hidup di zaman ini sebagai pribadi Usamah dan Fatimah atau kita ingin hidup di zamannya Rasul dan sahabat tetapi sebagai pribadi Abu Jahal atau Abdullah bin Ubay? Apakah Surga itu hanya milik Rasul dan Sahabatnya? Apakah kita tidak pantas mendapatkannya?.........
Ya ayyuhal ikhwah..., tidak usah ragu dan takut untuk memberikan apapun yang kita miliki untuk kemenangan dakwah ini. Tidak ada sesuatu kebaikan yang sia-sia ” hal jazaa ul ihsani ilal ihsan...” tentu saja dengan segenap KeIkhlasan yang ada. Kita mungkin belum bisa mengatakan aku tinggalkan bagi mereka (keluarga) Allah dan RasulNya tapi kita bisa mengatakan aku (akan belajar dan berusaha ) tinggalkan bagi mereka (keluarga) Allah dan RasulNya, InsyaAllah...Aamin
readmore »»  

From My Murobbi

Assalamu’alaikum saudara2ku…. Apa khabarmu hari ini? Mudah-mudahan engkau senantiasa berada dalam kondisi keimanan yang tinggi menjulang. Segala puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Rabb kita, pemilik jiwa kita, Allah SWT Karena atas segala nikmatNya kita masih diperkenankan menempati bumi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Qudwah hasanah kita, yang telah mentarbiyah kita dalam naungan RidhoNya, Rasulullah SAW.
Saudara2ku Fiisabilillah....
Aku tahu beratnya hari-hari yang akan kita hadapi dalam menjemput perjuangan kita beberapa bulan kedepan. Setiap kita pasti menginginkan yang terbaik bagi dakwah ini. Aku yakin kalian pasti sibuk memikirkan dan melaksanakan amanah-amanah yang diberikan kepadamu. Subhanallah… saudaraku…aku bangga padamu, pada kalian semua yang berjuang di sini.
Saudara2ku seperjuangan….
Perjuangan yang akan dan telah kita lalui memungkinkan adanya benturan-benturan yang terjadi dalam diri kita. Rasa sakit, perih, gesekan-gesekan hati pasti akan terjadi. Maka tanya kembali pada sesuatu yang paling dalam pada diri kita. Sesuatu itu dinamakan Qolbu. Kita tidak punya tendensi apapun terhadap perjuangan ini. Demi Allah saudaraku… kita ingin tidak ada tujuan apapun kala kita menapaki jalan ini kecuali untuk meninggikan kalimat Allah. Memenangkan Dakwah untuk kebaikan umat. Tujuan perjuangan kita adalah Allah SWT. Bukankah tujuan akhir kita adalah sebuah kata Syahadah, gelar yang InsyaAllah akan Allah berikan kepada kita kelak.
Saudara2ku yang aku cintai karena Allah….
Aku ingin kita bersama-sama bergandengan, bahu membahu dalam mengemban amanah umat ini. Kita buang semua hal yang bisa mengurangi Ukhuwah kita. Lepaskan kepentingan-kepentingan pribadi yang hampir mampir di kepala kita. Perjuangan masih panjang. Perjalanan kita masih jauh…. bahkan mungkin akan lebih terjal dan mendaki. Kita lakukan yang Terbaik bagi dakwah ini. Kita kokohkan benteng hati kita, bersatu dengan kesolidan yang bukan hanya sekedar kata. Bagaimanapun Ukhuwah tetap kita jaga. Ibarat prajurit yang akan berperang menghadapi musuh, Pasti tidak akan bisa mengalahkan musuhnya apabila mereka sendiri tidak taat, tidak kompak dan tidak bersatu.
Saudara2 ku seiman dan seakidah…..
Hari-hari yang kita jalani dengan seabrek aktivitas kita, mudah-mudahan tidak melalaikan Tilawah kita. Penat yang kita rasakan seharian mudah-mudahan tidak membuat kita terlelap dari Qiyamul lail kita. Kita yakin sekali bahwa kemenangan kita tidak lepas dari pertolongan Allah. Bila engkau ingin mengetahui bagaimana kedudukanmu dihadapan Allah, maka tengoklah dalam hatimu bagaimana kedudukan Allah? sejauh mana engkau mencintai-Nya, seberapa besar engkau rela berkorban untuk-Nya dan sejauh mana engkau menyesuaikan keinginan hawa nafsumu dengan apa yang dia kehendaki dan Syariatkan. Jangan sampai engkau mengatakan ALLAHU AKBAR, namun didalam hatimu masih ada sesuatu yang lebih besar dariNya.
Saudara2ku diakhirat kelak….
Mari kita saling berlapang dada… MengIkhlaskan segala sesuatunya. Mari kita songsong kemenangan dakwah ini dengan kebersihan hati. Berjuang tanpa kenal henti. Biarlah istirahat kita nanti apabila kaki kita sudah menginjak surga, InsyaAllah….
**Ya junudda’wahi shobron, inna ba’dal ‘ushri yusron**
syh
readmore »»  

Minggu, 23 Agustus 2009

UNTUKMU, TERAKHIR DAN TAK KAN TERULANG

KU TULIS PUISI INI KETIKA HATIKU BERSELIMUT GUNDAH
MENYERTAI SENDU BERIRING DUKA DALAM KEKERDILAN JIWA
SAAT MEMATUNG DI PERSIMPANGAN JALAN
MENITI JALAN YANG KIAN BERTABUR ONAK
KAU MUNGKIN LUPA MENYALAKAN LENTERA
MELEWATI JALAN YANG TEMARAM
SEBONGKAH KAYU TERGELETAK DI PINGGIR JALAN
TAK BERGEMING DALAM PUTARAN MASA
TETAP DIAM TERPEKUR DI SANA
AKU KIRA KAU HANYA LELAP SEJENAK
DALAM PELUK HANGAT SINAR MENTARI
TAPI……………………………..
KAU TAK KEMBALI LAGI UNTUK SEKEDAR MENYALAKAN DIAN
BAHKAN BERTUTUR TENTANG SEBUAH NEGERI DONGENG
AKU RINDU DENGAN DERAPMU


(Jarmusda)
readmore »»  

Rabu, 12 Agustus 2009

Melangkah…
Kaki ini terus melangkah
Meski tanpa nada, terkadang tak tentu arah

Melangkah…
Kaki ini ingin terus melangkah
Meski meninggalkan tanda tanya

Mencari ketenangan
Mencari ketentraman
Mencari kelapangan
Mencari Wajah-Mu, Rabbana…

Biar lelah asal Kau di sisi
Biar terengah asal Kau di hati
Biar tersakiti asal Kau tetap menaungi
Dengan cara yang kumengerti
Dan tak seorang pun yang mengerti

Terus dalam pencarian
Dan takkan kuhentikan sampai benar-benar kutemukan
Kutemukan diri-Mu dalam dekapan
Dengan penuh keikhlasan

Maafkan…
Atas semua kesalahan dan kekhilafan
Ridho-Mu, dambaan…
readmore »»  

Rabu, 05 Agustus 2009

PPL, Proses PembelajaranQ seorang calon guru…

Setelah pelepasan oleh Dosen Pembimbing kami di SMA A-Ikhlas, kami baru merasakan diri tanpa seorang pendamping. Berada di sebuah lingkungan baru, komunitas yang akan menjadi bagian dari kami selama dua bulan setengah ini, dari awal Agustus hingga 19 Oktober nanti. Ternyata beradaptasi dari kondisi nyaman ke kondisi yang tidak nyaman adalah sesuatu hal yang teramat sulit dilakukan oleh seseorang. Tapi berlaku seperti itu terus bukan suatu solusi bagi kami peserta PPL. Peserta yang magang pada sebuah sekolah dalam mengimplementasikan diri, praktek sebenarnya. Maka kondisi tak nyamanpun harus dikelola sebaik mungkin untuk memberikan hasil yang maksimal.

Hal pertama yang harus kami lakukan adalah beradaptasi dengan guru-guru sebenarnya sambil melakukan tugas observasi dalam satu minggu ini tentunya. Berkeliling mengitari sekolah yang sebelumnya hanya kami kenal nama saja. Berkenalan dengan dosen pamong serta berusaha menyamakan persepsi guru-guru, mempelajari silabus, membuat RPP yang selama ini hanya kami pelajari secara singkat.

Melalui beberapa proses yang singkat, berkomunikasi dengan guru-guru mutlak harus dilakukan. Ketika bertemu dengan pamongku, Ya Allah terkejut rasanya ketika aku disodorkan 2 buku kelas 3 SMA, IPA dan IPS. Bagaimana tidak, ketika pembekalan yang aku tahu mahasiswa PPL hanya diperkenankan mengajar di kelas 1 dan 2 SMA. Awalnya aku merasa tak sanggup dan kusampaikan pada guru pamongku, ibu Aminah. Tapi beliau meyakinkanku bahwa aku sanggup dan mampu melaksanakan tugas itu. Dan yang lebih parah lagi, waktu seminggu yang seharusnya kugunakan untuk observasi, aku sudah harus masuk kelas dan mengajar full time. Hari ini, aku mengajar di kelas 3 IPA 1, 3 IPS 1 dan 3 IPS 2. Rabbi, Bantu hamba, pekikku dalam hati.

Grogi rasanya memasuki kelas itu. Awalnya ku isi dengan perkenalan… ya banyak yang tanya. Dari yang serius sampai yang kocak.. Allah, Kau beri hamba kemudahan…
Dan ternyata, semua tak seperti apa yang aku pikirkan. Siswa-siswi yang aku ajar tak seburuk pikiranku, ketakutan itu muncul mungkin karna aku takut hukum karma, pada masa SMA dulu.

Berkomunikasi dengan anak-anak SMA begitu menyenangkan. Satu pelajaran yang bisa kuambil adalah perlunya psikologi remaja dalam proses belajar mengajar khususnya calon guru. Kedekatan emosional dengan tetap menjaga batasan guru dan siswa.

Rabbi, terima kasih ………..
readmore »»  

Selasa, 04 Agustus 2009

Jika aku jatuh hati




Kemaren pas buka2 milis dapat puisi keren.. dan keren juga kalo bisa ditampilin di myblog: dari berbagai sumber....

Ya Allah, jika aku jatuh hati,,Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Rabbi, jika aku jatuh hati,,
jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engaku mengetahui bahawa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-MU,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya.
Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
readmore »»  

Selasa, 28 Juli 2009

Andai Ini Ramadhan Terakhir..

Andai ini yang terakhir..

wahai dikau…renunglah engkau akan nasib diri
wahai kalbu…sedarkah engkau akan gerak hati
wahai akal…terfikirkah engkau akan apa yang bakal terjadi

andai ini merupakan Ramadhan yang terakhir kali buatmu
sekujur jasad yang bakal berlalu pergi
tatkala usia bernoktah di penghujung kehidupan duniawi
pabila tiba saat tepat seperti yang dijanji Ilahi
kematian…adalah sesuatu yang pasti

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu siangnya engkau sibuk berzikir
biarpun anak tekak kering kehausan air
tentu engkau tak akan jemu melagukan syair rindu
mendayu..merayu…kepada-NYA Tuhan yang satu

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu solatmu kau kerjakan di awal waktu
solat yang dikerjai…
sungguh khusyuk lagi tawadhu’
tubuh, minda, dan qalbu…
bersatu memperhamba diri
mengadap Rabbul Jalil…
menangisi kecurangan janji

“innasolati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil ‘alamin”

[sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku… kuserahkan
hanya kepada Allah Tuhan seru sekelian alam]

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tidak akan kau persiakan walau sesaat yang berlalu
setiap masa tak akan dipersia begitu saja
di setiap kesempatan juga masa yang terluang
alunan Al-Quran bakal kau dendang…bakal kau syairkan

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu malammu engkau sibukkan dengan pesta-pestaan
berterawih…berqiamullail…bertahajjud…
mengadu…merintih…meminta belas kasih

“sesungguhnya aku tidak layak untuk ke syurga-MU tapi…aku juga
tidak sanggup untuk ke neraka-MU”

oleh itu duhai Ilahi…
kasihanilah daku hamba-MU ini

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu dirimu tak akan melupai mereka yang tersayang
ayuh ke mari kita meriahkan Ramadhan
kita buru…kita cari…suatu malam idaman
yang lebih berkat dari seribu bulan

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu engkau bakal bersedia batin dan zahir
mempersiap diri…rohani dan jasmani
menanti-nanti jemputan Izrail
di kiri dan kanan …lorong-lorong redha Ar-Rahman

duhai Ilahi….
andai ini Ramadhan terakhir buat kami
jadikanlah ia Ramadhan paling bererti…paling berseri…
menerangi kegelapan hati-hati kami
menyuluhi diri ke jalan menuju redha serta kasih sayang mu Ya Ilahi…
semoga bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti (adt.k)
readmore »»  

Jumat, 24 Juli 2009

MILITANSI

“Ketahuilah bahwa Islam hadir dengan system yang sederhana. Amalan-amalan yang mesti dipikul adalah amalan-amalan yang mudah. Hingga jika kasat hati melihat Islam menjadi sulit, tanyakan pada diri sendiri, sebaik apa persiapan menjadi tentara Allah?
Jangan sampai sekedar pengakuan bertepuk sebelah tangan. Kemampuan bertahan dalam konteks lingkungan dakwah yang lemah membutuhkan sebuah isyarat, yaitu MILITANSI!!!
Sikap teguh terhadap keyakinan dan kesiapan berkorban untuk menunaikannya. Saatnya qt menjawab tantangan zaman. Akankah qt bermuara kesuksesan dan dihimpun dalam barisan generasi perkasa sebelumnya, ataukah qt tersisih dari garis sejarah yang lain.”
(Ust. Rahmad Abdullah)
readmore »»  

Rabu, 15 Juli 2009

Perkenankan Aku Mencintai-Mu Semampuku ~

Ya Allah...

Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintai-Mu.
Kajian demi kajian manhaji kupelajari,
untaian demi untaian nasehat para ustadz kuresapi.
Tentang cinta para Nabi, tentang kasih para sahabat,
tentang mahabbah orang shalih, tentang kerinduan para syuhada.
Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam,
kutumbuhkan dalam mimpi idealisme yang mengawang di awan.

Tapi Robbi…

Berbilang hari demi hari dan kemudian tahun berlalu,
tapi aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untuk-Mu,
aku makin merasakan gelisahku membadai
dalam cita yang mengawang, sedang kakiku mengambang.
Hingga aku terhempas dalam jurang dan kegelapan.

Allahu Rahiim, Illahi Rabbii...

perkenankanlah aku mencintai-Mu semampuku.
Perkenankanlah aku mencintai-Mu, sebisaku.
Dengan segala kelemahanku.

Ilaahi...

Aku tak sanggup mencintai-Mu dengan kesabaran menanggung derita.
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al-Mustafa.
Karena itu ijinkan aku mencintai-Mu
melalui keluh kesah pengaduanku pada-Mu,
atas derita batin dan jasadku, atas sakit dan ketakutanku.

Robbii...

Aku tak sanggup mencintai-Mu seperti Abu Bakar,
yang menyedekahkan seluruh hartanya
dan hanya meninggalkan Engkau dan Rasul-Mu
bagi diri dan keluarganya.

Atau layaknya Umar yang menyerahkan separo hartanya demi jihad.
Atau Ustman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan Dien-Mu.
Ijinkan aku mencintai-Mu,melalui 100-500 perak yang terulur
pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan,pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan
di pojok-pojok jembatan. Pada makanan-makananyang terkirim ke handai taulan.

Illahi...

Aku tak sanggup mencintai-Mu
dengan khusyuknya shalat salah seorang sahabat nabi-Mu,
hingga tiada terasa anak panah musuh terhujam di kakinya.
Karena itu Ya Allah,
perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta-Mu,
dalam shalat yang coba kudirikan dengan terbata-bata,
meski ingatan kadang melayang
ke berbagai permasalahan dunia.

Robbi...

aku tak dapat beribadah ala orang-orang shalih
atau bagai para hafidz dan hafidzah yang membaktikan
seluruh malamnya untuk bercinta dengan-Mu
dalam satu putaran malam.
Perkenankanlah aku mencintai-Mu,
melalui satu - dua rakaat sholat lailku,
atau sekedar sunnah nafilahku,
selembar dua lembar tilawah harianku.
Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim...

aku tak sanggup mencintai-Mu semisal para syuhada,
yang menjual dirinya dalam jihad bagi-Mu.
Maka perkenankanlah aku mencintai-Mu
dengan mempersembahkan sedikit bakti
dan pengorbanan untuk dakwah-Mu,
dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim...

aku tak sanggup mencintai-Mu di atas segalanya,
ijinkan aku mencintai-Mu dengan mencintai keluargaku,
membawa mereka pada nikmatnya hidayah
dalam naungan Islam, manisnya iman dan ketabahan.
Dengan mencintai sahabat-sahabatku,
mengajak mereka untuk lebih mengenal-Mu,
dengan mencintai manusia dan alam semesta.
Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku, Yaa Allah.
Agar cinta itu mengalun dalam jiwa.
Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.

Amin...
( 29 Agustus 2003, A Poem By Azimah Rahayu )



readmore »»  

Rabu, 01 Juli 2009

Tiada Kata Malas Berolahraga Dalam Liburan

Jika saat ini kita berbicara tentang olahraga, barangkali momen olahraga bola-lah yang paling dinanti-nantikan para maniak olahraga Indonesia. Apalagi kali ini sangat berbeda daripada biasanya, negeri ini akan dikunjungi tim sepak bola favorit Inggris yang notabene-nya kita juluki mereka dengan nama the red devil. Siapakah mereka? Siapa lagi kalau bukan Manchaster United. Rasanya hampir setiap hari sudah kita melihat para bintang-bintang tim mereka mewarnai saluran pertelevisian kita dalam iklan salah satu vendor GSM ternama di Indonesia. Namun sayang, jika kita mau meneruskan obrolan antara tim Indonesia dan tim Manchaster United, rasanya tidak akan cukup untuk kita bahas disini.

Memang tak ada habisnya berita olahraga ini untuk diperbincangkan. Mulai dari intrik olahraganya hingga orang-orang yang bermain didalamnya menjadi suatu topik tersendiri yang tak kunjung bosan untuk terus diberitakan. Kini, mari kita menelisik lebih dalam tentang pentingnya olahraga itu sendiri. Pentingkah kita berolahraga? Apalagi jika dikaitkan dengan status kita sebagai sebagai seorang mahasiswa, yang akrab dengan jadwal yang sangat padat, mulai dari belajar hingga beraktivitas didalam dan diluar kampus. Sekali lagi, pentingkah kita berolahraga? Rasanya semua kegiatan tadi tidak akan bisa terlaksana secara optimal jika kita tidak berada pada stamina prima kita. Stamina yang prima tidak hanya bisa dapatkan dari pola makan yang kita jaga, namun diperlukan juga olahraga yang teratur.

Didalam sebuah hadits rasulullah telah disebutkan bahwa ada dua kenikmatan yang sering terlenakan oleh manusia. Dua kenikmatan itu adalah kesehatan dan waktu luang. Ya benar, Islam sangat memandang penting mengenai kesehatan sebagaimana rasul telah menjelaskannya pada hadits diatas. Kesehatan akan menentukan primanya stamina seseorang dalam melakukan suatu hal. Jika dalam situasi normal, ada seseorang yang cepat sekali lelah melakukan pekerjaannya, maka kesehatannya perlu dipertanyakan. Apalagi sebagai seorang mahasiswa, terkadang kita terlalu kebablasan untuk belajar jika menjelang ujian tanpa memperhatikan lagi bagaimana kondisi fisik kita. Akhirnya kelelahan demi kelelahan itu berakumulasi menjadi sebuah hal yang biasa kita sebut dengan penyakit. Entah itu berupa pusing, kelelahan, sampai demam.

Berkaitan dengan liburan, mungkin telah banyak artikel menarik yang isinya menjelaskan tentang bagaimana cara mengisi waktu tersebut. Ada artikel yang menyarankan kita untuk menambah kegiatan sosial kepada masyarakat, ada artikel yang menyarankan agar momentum liburan ini kita manfaatkan untuk berbakti kepada orang tua, ada artikel yang menyarankan kita untuk menambah softskill kita dibidang lainnya, dan masih banyak lagi artikel yang berisi saran-saran hal apa saja yang bisa kita lakukan saat liburan itu. Pada artikel kali ini, mari kita sedikit membahas sesuatu yang lebih mendasar lagi, suatu hal yang sangat kita perlukan sebelum melakukan hal-hal yang kita rencanakan pada liburan tersebut, yaitu tentang olahraga untuk menjaga kesehatan tubuh kita sendiri.

Seorang pemerhati masalah pendidikan dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Prof Dr Rahmiana Zein, mengatakan libur yang cukup banyak, dikhawatirkan dapat memicu generasi muda menjadi orang yang pemalas. Jika tadi kita berbicara tentang kesibukan, tampaknya berbicara tentang liburan ini pun bisa menyebabkan penyakit bagi tubuh kita. Liburan tidak menjadi masalah ketika kita memanfaatkannya untuk melakukan kegiatan produktif. Namun liburan akan menjadi masalah ketika kita tidak dapat memanfaatkannya dengan baik, sehingga kita cenderung untuk bermalas-malasan misalnya didepan komputer seharian untuk ber-social networking dengan kawan-kawan kita, tidur-tiduran dikamar kita, dan melakukan kegiatan-kegiatan tidak efektif lainnya yang tidak membuat tubuh kita melakukan metabolisme sebagaimana kita seharusnya pada saat beraktivitas normal.

Nabi Muhammad SAW pernah berkata bahwa “Muslim Kuat lebih dicintai Allah dibandingkan muslim yang lemah”. Pengertian Muslim yang kuat tentu multi-perspektif. Bukan hanya segi ruhani, namun juga dari fisik. Fisik yang kuat lebih dicintai oleh Allah daripada muslim yang mempunyai fisik yang lemah. Belumkah cukup kisah rasulullah yang berhasil mengalahkan seorang pegulat terkenal tanah arab untuk menjadikan dirinya masuk kedalam agama Islam? Ataukah kisah rasul yang menjadi seorang kepala negara disiang hari seperti seekor singa dan beribadah penuh kepada Allah seperti rahib malam harinya. Belum lagi kisah kegagahan para sahabatnya dalam perang yang mampu merubuhkan musuh-musuhnya dengan tebasan pedangnya. Bagaimana mungkin mereka melakukan semua hal itu tanpa ada fisik yang kuat dan iman yang sangat mendalam didalam hidupnya. Kontribusi mereka besar karena fisik yang mereka punya pun kuat.

Fisik yang kuat akan menunjang kita untuk dapat melakukan lebih banyak amal. Dengan fisik yang kuat, kita bisa melakukan kontribusi lebih untuk masyarakat sekitar kita selagi liburan panjang ini. Bagaimanakah cara membuat program olahraga untuk mahasiswa itu. Kuncinya adalah lakukan olahraga yang kita sukai dengan konsisten. Bisa dengan lari pagi, berenang, ataupun olahraga lainnya yang kita senangi. Menurut para ahli, olahraga yang paling baik itu minimal dilaksanakan tiga kali dalam seminggu. Buatlah program olahraga dengan teratur, dengan demikian liburan ini tetap menjadi momentum prima kita untuk melakukan banyak amal kebaikan. Tiada kata malas berolahraga dalam liburan. Selamat berolahraga dan terus bersemangat menambah amal kebaikan kita semua. Tiada kerja keras dapat terlaksana tanpa adanya fisik yang kuat.[]

taekwondo

~ oleh ryanalfiannoor di/pada Juni 28, 2009.



readmore »»  

Kamis, 04 Juni 2009

Cinta itu indah, karena ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas, dan inti pekerjaannya adalah memberi.

Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya

readmore »»  

Senin, 18 Mei 2009

Rabbi…

Diri ini rasa tersambar oleh petir maha dahsyat_Mu ketika ana mendapatkan pesan singkat dari saudaraku, Zah. Isi pesan singkat itu mengabarkan kondisi seorang sahabat yang saat ini jauh dari tarbiyah, sejak ia kecewa pada keputusan jamaah.

Anapikir, itu hanya luapan emosi sesaat, rasa kecewa yang telah terlupakan karena ana yakin bahwa berada di dalam komunitas tarbiyah adalah segala-galanya. Apakah hanya karena kecewa akan membuat seorang yang telah lama berkecimpung di dunia tarbiyah akan dengan mudah mundur dari semua aktifitas tarbiyah??

Jujur, tak pernah terpikirkan jika seseorang yang dulu turut andil memperkenalkan ana pada komunits tarbiyah akan melakukan hal ini!

Ana tak menyalahkan rasa kecewa itu, hanya saja menyayangkan imbas dari kekecewaan itu yang berpengaruh negative pada aktifitasnya.

Mungkin ana juga sama, pemberontak yang sering mengambil jalur melawan arus terhadap keputusan jamaah, sama-sama pembangkang (meskipun ana pembangkang yang taat) untuk mengambil sudut pandang lain dalam melihat sebuah masalah.

Tapi meski dilabeli status pemberontak dan pembangkang, ana masih ingin menjadi seorang ‘jundi’ yang berarti bagi jamaah ini, meski ana berbeda dengan yang lain,.,

readmore »»  

Ya Rabbi, rindu sekali ana pada akhwat-akhwat kampus yang sedang berjibaku dengan bebagai agenda dakwah..

Kangen…

Indah sekali ukhuwah ini ya rabb…

Alhamdulillah Engkau telah memberikan hamba komunitas terindah ini…Istiqomahkan kami ya Rabb…berikan kami kekuatan untuk tetap melanjutkan estafet dakwah ini…

Ikatkan hati kami dalam kecintaan yang tak terperi kepada_Mu..

Tetaplah tersenyum, karena senyummu bisa merluruhkan keletihan ini…

Jangan mengeluh, karena mengeluh bisa mengurangi setengah kekuatan ruh..

Tetaplah tegar berdiri, karena Allah membersamai langkah kita..

readmore »»  

Sebenarnya ada kelelahan yang sedang menghampiri diri. Kelelahan untuk berjuang bersama. Kelelahan untuk melanjutkan estafet dakwah.

Kadang merasa sendiri menata jalan ini.

Kadang merasa terasingkan oleh segala aktifitas tarbiyah. Mungkin jika bukan karena Allah, ana tak bisa sekuat ini, setegar sekarang…

Ugh…rasanya ingin berlari, mencari ketenangan dunia lain tapi sungguh itu tak bisa ana lakukan. Karena ana menyadari betul bahwa bukan dakwah yang membutuhkan ana, tapi ana yang membutuhkan dakwah… Dakwah akan terus berjalan, ada dan tanpa ana, bahkan jika ana lari hanya karena perasaan sepi dan terasingkan maka yakinlah bahwa akan ada yang menggantikan ana dan yang lebih baik lagi.

Alangkah sulitnya mempertahankan jiwa yang sedang lemah dan lelah ini ya Rabbi…

Tapi segala itu kan sirna ketika sumber kekuatan, cahaya rabbi merasuk ke lubuk sanubari, menyentuh ruhiyah yang sedang compang-camping…

readmore »»  

Kamis, 14 Mei 2009

MENCINTAI ROSULULLOH

Cinta Sang Mustafa ,… sebuah artikel yang selalu membuatku menitikkan air mata jika membacanya, Pertama kutemukan artikel itu di sebuah situs yang akhirnya menjadi situs favoritku . Di situ di kisahkan betapa cinta Rosululloh kepada umatnya , sehingga di saat- saat terakhir menjelang wafatnya , yang teringat dan terucap di bibir adalah Ummati .. ummati..

Entah sudah peringatan Maulud Nabi yang ke berapa tahun ini, tetapi tak kunjung ada perubahan yang berarti pada umat ini, umat yang begitu kau cintai ini. Tahun 2005 baru saja berlalu. Ada kejadian yang begitu menyakitkan . Mereka menggambar kartunmu Ya Mustafa,… betapa terluka hati kami mendengar dan melihat kejadian itu. Umatmu di belahan penjuru dunia, sekarang ini sedang mengalami berbagai cobaan yang tidak ringan. Irak belum lagi pulih, Bosnia yang lukanya tak kunjung sembuh, dan negeri para Nabi, Palestina, yang walaupun alhamdulillah sudah menuju titik perbaikan dengan kemenangan para pejuang, tetapi ternyata juga tak mudah membangun kehancuran yang sudah di buat oleh laknatullah Israel.

Sejenak jiwaku kembali ke romantika silam, dimana Rosululloh masih hidup bersama dengan sahabatnya. Begitu banyak episode cinta yang tertoreh , yang tercermin dari hubungan Rosululloh dan sahabat- sahabatnya ataupun umat di zamannya.

Sebagai contoh adalah bagaimana Abu bakar mencintai Rosulullah, hingga merelakan kakinya di gigit ular daripada membangunkan Sang Mustafa yang saat itu sedang terlelap di pangkuannya. Dan sebaliknya bagaimana kemudian Rosululloh menghisap racun dari kaki Abu Bakar dengan mulut beliau yang mulia. Subhanallah, sungguh cinta yang begitu indah. Ada lagi kisah lain saat Rosul berdakwah ke Thaif , bagaimana kaum Thaif bukannya menerima , tetapi melempari Rosul dengan batu sehingga kening beliau berdarah, tetapi apa balasan Rosul, dia membalas dengan doa agar suatu saat nanti keturunan kaum Thoif menjadi pengikutnya, Sungguh bukti cinta yang mendalam dari seorang lelaki mulia. Begitu banyak ragam para sahabat mengungkapkan cinta mereka kepada Rosul mulia itu. Ada begitu banyak cara para sahabat membuktikan kecintaan cinta mereka pada Rosululloh. Ada yang meniru cara berpakaian beliau, cara berjalan, cara membaca Alquran, bahkan cara atau gaya Rosul memarkir unta atau kudanya pun ditiru. Mengapa para sahabat melakukan semua itu. Itu adalah sebagai bentuk bukti kecintaan mereka kepada Rosullulloh.

Sementara kita, umatnya sekarang. Apa yang sudah kita lakukan sebagai bukti kecintaan kita pada Rosululloh ??? Sudahkah kita mengikuti semua sunnahnya ?

Kecintaan pada Rasulullah adalah cerminan kecintaan pada Alloh. Dan Alloh memperkuatnya dalam firman-firmannya;

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah... "(al-Hasyr: 7)

"Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (an-Nisaa: 80)

"Sesungguhnya pada Rasulullah terdapat suri teladan yang baik bagimu, bagi orang-orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan hari akhirnya, serta mengingat Allah sebanyak-banyaknya." (al-Ahzab: 21)
Kembali pertanyaan itu . Sudahkah kita membuktikan kecintaan Rosul, sebagaimana Rosul sudah membuktikan sampai akhir hayatnya betapa beliau mencintai kita. Allah mengabadikan sifat beliau dalam firman-Nya: ''Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.'' (QS. 9: 128). Sudahkah kecintaan kita pada Rosul membawa kita menuju kecintaan pada Allah. Atau kita termasuk orang orang yang dimaksud Allah dalam QS. Attaubah : 24 ''Katakanlah, 'jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya'. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.'' Dalam hadit juga sudah dikatakan Anas bin Malik menceritakan bahwasanya Rasulullah bersabda: ''Tidaklah beriman seseorang di antara kalian, sehingga aku lebih ia cintai dari keluarganya, hartanya, dan dari semua manusia.'' (HR Muslim). Dalam riwayat yang lain dijelaskan bahwa mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kepada yang lainnya merupakan salah satu bentuk manisnya iman.

Ada dua cara untuk membuktikan cinta kita kepada Rosululloh, yaitu :

1. meneledani sikap dan perilakunya serta taat kepada perintahnya. Allah menjelaskan bahwa Rasulullah adalah suri teladan yang baik bagi umat manusia (QS. 33: 21). Karenanya, sebagai salah satu wujud kecintaan kepadanya kita wajib melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, dan meneladaninya. Kedua, selalu merindukan dan mengingatnya. Orang yang merindukan Rasulullah akan selalu berusaha mengerjakan amalan-amalan yang beliau contohkan agar kelak dapat mendekatkan posisinya dengan Rasulullah.

2. Barang siapa yang mencintai Rasulullah akan senantiasa mengingatnya dalam setiap aktivitasnya dan selalu membaca shalawat atasnya. Mengenai bershalawat atas Nabi, Allah memerintahkan: ''Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.'' (QS. 33: 56). Wallahu a'lam bis-shawab.

readmore »»  

Wisata Hati

Tentang Luqman: siapakah yang masih mengingat cerita yang menarik dan menyejukan itu? Ketika Luqman diperintahkan oleh majikannya untuk mengambil 'bagian terbaik' dari hewan kurban, ia mengambilkan 'hati dan lisan' hewan tersebut untuk tuannya. Dan ketika ia disuruh untuk mengambil bagian terburuk, ia kembali membawa bagian yang sama. Tuannya heran dan bertanya: "Ketika aku menyuruhmu mengambilkan bagian terbaik dari orang hewan kurban, engkau membawakanku 'hati dan lidah'. Sekarang, engkau juga memberikan kepadaku organ yang sama. Kenapa?" Dengan sangat bijak Luqman menjelaskan bahwa tidak ada yang paling baik dari orang makhluk, kecuali hati dan lisannya. Dan sebaliknya: tidak ada yang paling jelek dan kotor dari hamba selain 'hati dan lisannya'.

Kanjeng Nabi secara detil menjelaskan kepada kita: "Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka jasad akan baik seluruhnya. Namun jika ia rusak, maka jasad (juga) rusak seluruhnya. Itulah 'hati'".

Hati adalah raja dalam tubuh. Ia penguasa. Perintah dan larangannya ditaati oleh seluruh prajuritnya: anggota badan. Namun, jika raja tidak pernah "dijamu" dan diberi "masukan", ia akan lemah dan tidak dapat memerintah dengan baik dan berwibawa. Kalau 'sang raja' sudah tidak berwibawa lagi, otomatis rakyatnya akan rusak.

Oleh karenanya, 'sang raja' harus selalu diajak berjalan-jalan. "Wisata Hati". Ia harus dibawa melintasi lautan hikmah. Agar ia tidak lelah dan lesu. Imam Ali ibn Abi Thalib menjelaskan: "Rehatkanlah hati itu dan carikan untuknya sentuhan hikmah. Karena ia merasa bosan, sebagaimana halnya tubuh."
Hikmah. Ya, hikmah. Ada apa dengan hikmah? Hikmah adalah "mutiara yang hilang" dari setiap Muslim. Barangsiapa yang menemukannya, ia lebih berhak untuk memungutnya kembali, demikian bunyi sebuah adagium hikmah. Saking berharganya 'hikmah' itu, Allah menyatakan: "Barangsiapa yg diberi hikmah, ia telah dikarunia kebaikan yg banyak...(Qs. Al-Baqarah [2]: 269).

Wisata hati adalah wisata yang sangat menyenangkan. Jika kita tahu arah dan area wisata itu. Jika tidak, hasilnya juga tidak akan baik. Maka, ia harus pergi ke lautan hikmah, seperti yang disebutkan Imam Ali ra. Agar ia jangan cepat bosan, lelah dan lesu. Ibarat tubuh, hati juga harus "diberi makan" dan "minum". Dengan demikian, ia akan tetap eksis dan fit.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan: "Barangsiapa yang menginginkan hati yang bersih, hendaklah ia lebih mendahulukan Tuhannya ketimbang syahwatnya. Karena hati yang 'terpaut' oleh syahwat tertutup dari Allah sesuai dengan kadar 'keterpautannya' dengan syahwat itu. Hati adalah 'wadah' Allah di atas bumi-Nya. Maka hati yang paling dicintainya adalah yang lebih 'tinggi' (kadar kesuciannya), lebih keras (kuat) dan lebih bersih. Jika hati itu diberi makan dengan 'dzikir', disiram dengan tafakkur dan dibersihkan dari cela, ia akan (mampu) melihat berbagai keajaiban dan akan diilhami oleh hikmah."

Subhanallah! Itulah daerah dan kawasan 'wisata hati'. Tidak banyak ternyata. Cukup tiga saja: dzikir, tafakkur dan bersih dari cela. Adakah yang mengatakan bahwa ketiga hal tersebut berat? Atau, ada yang mengatakan bahwa tiga kawasan itu sulit ditempuh dan dilewati? Tentu, jawabannya lebih bijak jika disimpan di dalam 'hati' masing-masing.

Dzikir. Mengingat. Mengingat apa saja. Terutama mengingat Allah. Allah Mahamengetahui dan Mahabijaksana. Ia tidak pernah lalai dari apa yang dikerjakan oleh makhluk-Nya. Ia juga tidak pernah lupa untuk membalas amal hamba-Nya. Baik amalan itu saleh, maupun jelek. Dalam dzikrullah, Ia sendiri berjanji akan mengingat orang yang mengingat dan menyebut-Nya: "Ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian..." (Qs. Al-Baqarah [2]: 152). Tentunya setiap yang melakukan 'perniagaan' dengan Allah tidak ada yang dirugikan sedikitpun.

Tafakkur. Tafakkur adalah bagian dari ibadah. Bukankah nabi Ibrahim, bapak monoteis, adalah contoh ideal dalam tafakkur? Dalam gelap gulita ia ber-tafakkur: ia mengira 'bintang' sebagai Tuhannya. Ketika bintang itu tenggelam, ia pun kecewa. Karena yang dapat tenggelam berarti bukan Tuhan. Ia benci kepada 'Tuhan yang tenggelam'. Ketika ia melihat 'bulan' muncul. Ia kembali mengira bahwa itu adalah 'Tuhannya'. Namun ketika bulan (juga) tenggelam, ia kembali kecewa. Terakhir, ia melihat 'matahari' terbit. Ia mengira (juga) bahwa itulah Tuhannya, karena dilihatnya lebih besar, lebih terang. Namun matahari juga mengecewakannya.

Hasil dari kekecewaannya itu ia kabarkan kepada kaumnya: ia berlepas dari apa yang mereka sembah dan persekutukan. Dan pada akhirnya, ia sampai kepada nilai tafakkur-nya: Tuhan bukan bintang, bulan atau matahari. Tuhannya adalah yang menciptakan langit dan bumi, termasuk isinya: bintang, bulan dan matahari. Akhirnya, tafakkur-nya membuahkan gumpalan keyakinan yang tak tergoyahkan (Qs. Al-An'am [6]: 75-79).

Baginda Nabi Muhammad saw juga demikian. Sebelum jadi Rasul, beliau adalah ahli tafakkur. Beliau suka ber-tahannuts di Gua Hira. Hal ini diceritakan oleh istrinya tercinta, Humaira Aisyah ra. "Beliau suka menyendiri kemudian bertahannuts di dalam Gua Hira beberapa malam lamanya" (HR Bukhari-Muslim). Kemudian beliau menyuruh umatnya agar ber-tafakkur: memikirkan ciptaan Allah, "Tafakkaru fi khalqillah..." (Bertafakkurlah tentang ciptaan Allah...) (Dikeluarkan oleh Dailamiy di dalam kitab al-Firdaus).

Ternyata kebiasaan ber-tafakkur sudah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Ummu Darda sendiri ketika ditanya tentang perbuatan Abu Darda yang paling afdhal, ia menjawab: tafakkur dan ber-iktibar. Hasan Al-Bashri menyatakan: "Tafakkur saa'atan afdhalu min qiyami lailatin" (Bertafakkur satu saat lebih baik dari shalat satu malam suntuk).

Umar ibn Abdul Aziz juga berkata: "Al-Ta'ammul fi ni'amillah min afdhal al-'ibadat" (Memikirkan (secara jeli) nikmat Allah salah satu bentuk ibadah yang paling baik). Maka ber-tafakkurlah!

Membersihkan hati dari 'cela'. Sebab hati itu seperti besi: bisa kotor dan berkarat. Kalau sudah berkarat tentunya agak sulit untuk membersihkannya. Meskipun bisa, biasanya tidak sebersih asalnya. Namun 'hati' bukanlah 'besi'. Ia dapat bersih seperti sediakala: bersinar dan bercahaya kembali.

Yang membuat hati kita berkarat adalah 'debu modernisasi', kabut kemajuan yang sudah tak terkontrol, belum lagi 'limbah pabrik kemaksiatan'. Semuanya menutup mata hati. Membuatnya tidak lagi tajam dan jeli. Cahayanya "redup": tidak bertenaga dan tidak memiliki pesona lagi. Hati harus dilatih (riyadhah) agar dapat mengalahkan hawa nafsu. Cinta dunia, harta, sombong, congkah, pongah, kikir (bakhil), ghibah, namimah, suka melirik kekayaan orang lain, dan sebagainya adalah bentuk 'cela' yang dapat mengotori hati.

Kesemuanya akan bermuara dan berkumpul. Kemudian akan melahirkan apa yang disebut dengan "hubb al-dunya" (cinta dunia). Dan pada gilirannya melahirkan "karahiyah al-maut": takut dan enggan untuk mati. Oleh karena itu, Kanjeng Nabi selalu mengingatkan agar hati selalu diarahkan untuk (selalu) mengingat maut. "Aktsiru min dzikr hadzim al-ladzat" (Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan).

Aisyah bertanya kepada Nabi saw: "Wahai Rasulullah, adakah seseorang yang dibangkitkan (pada hari kiamat) bersama para syuhada?" "Ya, ada." kata Rasul. "Yaitu orang yang mengingat maut dalam sehari sebanyak dua puluh kali”.

Dengan mengingat mati, orang hanya akan ingat untuk berbuat kebaikan. Ia lupa untuk 'menggunjingkan' kejelekan dan aib orang lain. Karena ia sadar bahwa amalnya belum tentu lebih baik dari orang yang digunjingkannya. Bisa jadi orang yang menurutnya buruk dan banyak dosa, ternyata lebih mulia di sisi Allah.

Orang yang sadar bahwa kematian itu dekat, ia tidak akan berani "korupsi" dan memakan harta rakyat kecil. Ia sadar bahwa apa yang ia makan akan dipertanggungjawabkan di pengadilan Tuhan yang Maha Adil. Tentunya "catatan" dan "dokumen" Tuhan lebih rapi dan terjamin validitasnya.

Lahirnya kesadaran seperti itu akan menghilangkan 'cela' dan keburukan yang bersemayam di dalam hati. Sehingga, karat hatinya dapat pudar. Hati adalah cermin Allah. Ia tidak akan rela dan ikhlas jika cermin-Nya itu kotor: karena ia tidak dapat ditembus oleh cahaya hidayah-Nya. Mari kita mulai "Wisata Hati" ini.

Wallahu a'lamu bi al-shawab.

readmore »»  

Kamis, 07 Mei 2009

Sms dari sahabat...

Sms dari sahabat da’wah ku..

1. Bersungguh-sungguhlah dengan kelemahanmu niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuatan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan ketidakberdayaanmu, niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuatan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan kehinaanmu dihadapan-Nya niscaya Ia akan menolongmu dengan kemuliaan-Nya. Ya Rabb, janganlah Engkau hukum aku atas apa yang mereka katakan tentang aku, berikanlah kebaikan kepadaku dari apa yang mereka sangkakan kepadaku, ampuni aku atas apa yang tidak mereka ketahui tentang diriku, ya Rabb hanya kepada-Mu kugantungkan segala harap dan asaku. (Mb Eva)

2. Mawar hitam untuk musuh….

Mawar kuning untuk teman yang periang…

Mawar pink untuk teman yang baik…

Mawar putih untuk orang yang kau sayangi…

Mawar merah untuk orang yang kamu cinta…

Mawar mana yang mbak kasih ke ana?

(Nasyifah, 081007, 21: 44 : 06)

3. Apa kabar iman? Semoga makin meninggi. Apa kabar hati? Semoga makin cinta pada kekasih-Nya. Apa kabar jasad? Moga tambah berkah karna selalu mengagungkan-Nya. Apa kabar ruh? Semoga slalu terisi semangat dakwah.

(Nasyifah, 120707, 07: 02: 31)

4. Cinta karena Allah itu:

Cinta-Nya tak sebatas jarak. Rindunya tak sebatas perlu. Silaturahimnya tak sebatas ketika butuh. Ikatan hatinya tak sebatas organisasi. Apa kabar dik?

(Mbak Een, 101007, 19: 07: 54)

5. Inilah persaudaraan yang terjalin antara kita. Tanpa disadari, ikatan cinta sudah menyatukan hati hingga disaat salah satunya tiada maka terasa hampa. Mungkin ukhti tidak percaya, tapi sungguh I love U so much..

(Syitta, 230707, 07: 33: 18)

6. Kita telah berhimpun dalam cinta_Nya, dalam perjalanan panjang & tiada bertepi, moga Allah mengekalkan ukhuwah ini hingga ke jannah-Nya, keep fighting dinda shalehah, rindu mbak buat mu, miss u cos Allah..

( Mb Khaulah, 190707, 06: 22: 35)

7. Ukhuwah adalah telaga bagi batin yang rindu kesejatian cinta, tempat berlabuh utk selalu menguatkan, di dalamnya ada intan syahdu untuk ketulusan doa, ana uhibbuki fillah…

(Luthfia, 110108, 06: 01: 40)

8. Subhanallah, syukron ukhti atas penyemangatnya, ada rasa bangga dan syukur dihati, akhirnya Allah mengabulkan keinginan ana untuk memiliki sahabat dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar, ana jadi malu, ana kurang cakap menguntai kata-kata seindah itu. Ana jadi merasa tak sendiri lagi sekarang. Syukron ya ukh, keep to istiqomah, Allahuakbar…

(Laily, 220508, 19: 47: 36)

9. Sahabat bukanlah matematika yang dapat dihitung nilainya, bukan ekonomi yang menerapkan materi, bukan juga ppkn yang dituntut oleh UU, tapi sahabat adalah sejarah yang dapat dikenang sepanjang masa, sekarang, esok, seterusnya…

(Hanifa al huda, 120908, 08: 26: 30)

readmore »»  

Rabu, 06 Mei 2009

Afwan

Sesuatu hal kadang terjadi tanpa diduga. Andai saja kita bisa mengetahui hal itu, mungkin ana tidak ingin itu terjadi. tidak pernah terpikirkan jika hubungan persaudaraan itu bisa rusak hanya karena emosi yang tak bisa dijaga. Padahal sama-sama paham hal itu salah. Percuma menjadi aktivis dakwah, jika ternyata masih sama-sama tak bisa menahan emosi.
Afwan saudaraku, jika keputusan ana waktu itu membebani pikiran antum.Tidak seharusnya ana bersikap seperti itu. Tapi itu semua ana lakukan hanya ingin agar antum bisa introspeksi diri.
Ana berharap hal ini tidak merusak kerja-kerja dakwah yang telah dirancang.
Afwan jiddan....semoga antum bisa memahami kondisi ana saat itu.
readmore »»  

Senin, 27 April 2009

Sepenggal Nasehat____________________________________

Sesungguhnya medan berbicara itu tidak semudah medan berkhayal. Medan berbuat tidak semudah medan berbicara. Medan jihad tidak semudah medan bertindak. Dan medan jihad yang benar tidak semudah medan jihad yang keliru. Terkadang sebagian besar orang mudah berangan-angan namun tidak semua angan-angan yang ada dalam benak mampu diucapkan dengan lisan. Betapa banyak orang yang dapat berbicara namun sedikit sekali yang sanggup bekerja dengan sungguh-sungguh.

Dan dari yang sedikit itu banyak diantaranya yang sanggup berbuat namun jarang yang mampu menghadapi rintangan-rintangan yang berat dalam berjihad.

Para mujahid adalah sekelompok kecil yg terdiri dari para ‘Anshor’ (orang-orang yang bersedia

berkorban demi agama) yg bisa berbuat salah seandainya mereka tidak mendapat pertolongan Allah. Maka persiapkanlah diri dan jiwa kalian, menggemblengnya secara benar dengan ujian yang cermat. Serta ujilah jiwa kalian dengan tindakan, yaitu dengan suatu pekerjaan yang amat berat baginya. Dan jauhkanlah jiwa kalian dari kesenangan dan kebiasan yang buruk….

Saudaraku, putaran waktu akan memperlihatkan kepada kita peristiwa-peristiwa yang mengejutkan dan memberikan peluang kepada kita untuk berbuat. Dunia akan melihat bahwa da`wah kita adalah hidayah, kemenangan, dan kedamaian yang dapat menyembuhkan rasa sakit yang sedang dideritanya. Dan setelah itu tibalah giliran kita untuk memimpin dunia, karena bumi tetap akan berputar dan kejayaan itu akan kembali kepada kita. Dan hanya Allah-lah harapan kita satu-satunya.

Maka bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya hari esok, kita memang harus menunggu putaran waktu itu, tetapi kita tidak boleh berhenti, kita harus berbuat dan terus melangkah, karena kita tidak mengenal kata berhenti dalam jihad yang suci ini.

Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, sungguh benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami.”(Al Hujurah 69)

Dan hanya Allah-lah zat yang Maha Agung dan bagi-Nya segala puji.

-Asy-Syahid Imam Hasan Al Banna-

readmore »»