Senin, 18 Mei 2009

Rabbi…

Diri ini rasa tersambar oleh petir maha dahsyat_Mu ketika ana mendapatkan pesan singkat dari saudaraku, Zah. Isi pesan singkat itu mengabarkan kondisi seorang sahabat yang saat ini jauh dari tarbiyah, sejak ia kecewa pada keputusan jamaah.

Anapikir, itu hanya luapan emosi sesaat, rasa kecewa yang telah terlupakan karena ana yakin bahwa berada di dalam komunitas tarbiyah adalah segala-galanya. Apakah hanya karena kecewa akan membuat seorang yang telah lama berkecimpung di dunia tarbiyah akan dengan mudah mundur dari semua aktifitas tarbiyah??

Jujur, tak pernah terpikirkan jika seseorang yang dulu turut andil memperkenalkan ana pada komunits tarbiyah akan melakukan hal ini!

Ana tak menyalahkan rasa kecewa itu, hanya saja menyayangkan imbas dari kekecewaan itu yang berpengaruh negative pada aktifitasnya.

Mungkin ana juga sama, pemberontak yang sering mengambil jalur melawan arus terhadap keputusan jamaah, sama-sama pembangkang (meskipun ana pembangkang yang taat) untuk mengambil sudut pandang lain dalam melihat sebuah masalah.

Tapi meski dilabeli status pemberontak dan pembangkang, ana masih ingin menjadi seorang ‘jundi’ yang berarti bagi jamaah ini, meski ana berbeda dengan yang lain,.,

readmore »»  

Ya Rabbi, rindu sekali ana pada akhwat-akhwat kampus yang sedang berjibaku dengan bebagai agenda dakwah..

Kangen…

Indah sekali ukhuwah ini ya rabb…

Alhamdulillah Engkau telah memberikan hamba komunitas terindah ini…Istiqomahkan kami ya Rabb…berikan kami kekuatan untuk tetap melanjutkan estafet dakwah ini…

Ikatkan hati kami dalam kecintaan yang tak terperi kepada_Mu..

Tetaplah tersenyum, karena senyummu bisa merluruhkan keletihan ini…

Jangan mengeluh, karena mengeluh bisa mengurangi setengah kekuatan ruh..

Tetaplah tegar berdiri, karena Allah membersamai langkah kita..

readmore »»  

Sebenarnya ada kelelahan yang sedang menghampiri diri. Kelelahan untuk berjuang bersama. Kelelahan untuk melanjutkan estafet dakwah.

Kadang merasa sendiri menata jalan ini.

Kadang merasa terasingkan oleh segala aktifitas tarbiyah. Mungkin jika bukan karena Allah, ana tak bisa sekuat ini, setegar sekarang…

Ugh…rasanya ingin berlari, mencari ketenangan dunia lain tapi sungguh itu tak bisa ana lakukan. Karena ana menyadari betul bahwa bukan dakwah yang membutuhkan ana, tapi ana yang membutuhkan dakwah… Dakwah akan terus berjalan, ada dan tanpa ana, bahkan jika ana lari hanya karena perasaan sepi dan terasingkan maka yakinlah bahwa akan ada yang menggantikan ana dan yang lebih baik lagi.

Alangkah sulitnya mempertahankan jiwa yang sedang lemah dan lelah ini ya Rabbi…

Tapi segala itu kan sirna ketika sumber kekuatan, cahaya rabbi merasuk ke lubuk sanubari, menyentuh ruhiyah yang sedang compang-camping…

readmore »»  

Kamis, 14 Mei 2009

MENCINTAI ROSULULLOH

Cinta Sang Mustafa ,… sebuah artikel yang selalu membuatku menitikkan air mata jika membacanya, Pertama kutemukan artikel itu di sebuah situs yang akhirnya menjadi situs favoritku . Di situ di kisahkan betapa cinta Rosululloh kepada umatnya , sehingga di saat- saat terakhir menjelang wafatnya , yang teringat dan terucap di bibir adalah Ummati .. ummati..

Entah sudah peringatan Maulud Nabi yang ke berapa tahun ini, tetapi tak kunjung ada perubahan yang berarti pada umat ini, umat yang begitu kau cintai ini. Tahun 2005 baru saja berlalu. Ada kejadian yang begitu menyakitkan . Mereka menggambar kartunmu Ya Mustafa,… betapa terluka hati kami mendengar dan melihat kejadian itu. Umatmu di belahan penjuru dunia, sekarang ini sedang mengalami berbagai cobaan yang tidak ringan. Irak belum lagi pulih, Bosnia yang lukanya tak kunjung sembuh, dan negeri para Nabi, Palestina, yang walaupun alhamdulillah sudah menuju titik perbaikan dengan kemenangan para pejuang, tetapi ternyata juga tak mudah membangun kehancuran yang sudah di buat oleh laknatullah Israel.

Sejenak jiwaku kembali ke romantika silam, dimana Rosululloh masih hidup bersama dengan sahabatnya. Begitu banyak episode cinta yang tertoreh , yang tercermin dari hubungan Rosululloh dan sahabat- sahabatnya ataupun umat di zamannya.

Sebagai contoh adalah bagaimana Abu bakar mencintai Rosulullah, hingga merelakan kakinya di gigit ular daripada membangunkan Sang Mustafa yang saat itu sedang terlelap di pangkuannya. Dan sebaliknya bagaimana kemudian Rosululloh menghisap racun dari kaki Abu Bakar dengan mulut beliau yang mulia. Subhanallah, sungguh cinta yang begitu indah. Ada lagi kisah lain saat Rosul berdakwah ke Thaif , bagaimana kaum Thaif bukannya menerima , tetapi melempari Rosul dengan batu sehingga kening beliau berdarah, tetapi apa balasan Rosul, dia membalas dengan doa agar suatu saat nanti keturunan kaum Thoif menjadi pengikutnya, Sungguh bukti cinta yang mendalam dari seorang lelaki mulia. Begitu banyak ragam para sahabat mengungkapkan cinta mereka kepada Rosul mulia itu. Ada begitu banyak cara para sahabat membuktikan kecintaan cinta mereka pada Rosululloh. Ada yang meniru cara berpakaian beliau, cara berjalan, cara membaca Alquran, bahkan cara atau gaya Rosul memarkir unta atau kudanya pun ditiru. Mengapa para sahabat melakukan semua itu. Itu adalah sebagai bentuk bukti kecintaan mereka kepada Rosullulloh.

Sementara kita, umatnya sekarang. Apa yang sudah kita lakukan sebagai bukti kecintaan kita pada Rosululloh ??? Sudahkah kita mengikuti semua sunnahnya ?

Kecintaan pada Rasulullah adalah cerminan kecintaan pada Alloh. Dan Alloh memperkuatnya dalam firman-firmannya;

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah... "(al-Hasyr: 7)

"Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (an-Nisaa: 80)

"Sesungguhnya pada Rasulullah terdapat suri teladan yang baik bagimu, bagi orang-orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan hari akhirnya, serta mengingat Allah sebanyak-banyaknya." (al-Ahzab: 21)
Kembali pertanyaan itu . Sudahkah kita membuktikan kecintaan Rosul, sebagaimana Rosul sudah membuktikan sampai akhir hayatnya betapa beliau mencintai kita. Allah mengabadikan sifat beliau dalam firman-Nya: ''Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.'' (QS. 9: 128). Sudahkah kecintaan kita pada Rosul membawa kita menuju kecintaan pada Allah. Atau kita termasuk orang orang yang dimaksud Allah dalam QS. Attaubah : 24 ''Katakanlah, 'jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya'. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.'' Dalam hadit juga sudah dikatakan Anas bin Malik menceritakan bahwasanya Rasulullah bersabda: ''Tidaklah beriman seseorang di antara kalian, sehingga aku lebih ia cintai dari keluarganya, hartanya, dan dari semua manusia.'' (HR Muslim). Dalam riwayat yang lain dijelaskan bahwa mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kepada yang lainnya merupakan salah satu bentuk manisnya iman.

Ada dua cara untuk membuktikan cinta kita kepada Rosululloh, yaitu :

1. meneledani sikap dan perilakunya serta taat kepada perintahnya. Allah menjelaskan bahwa Rasulullah adalah suri teladan yang baik bagi umat manusia (QS. 33: 21). Karenanya, sebagai salah satu wujud kecintaan kepadanya kita wajib melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, dan meneladaninya. Kedua, selalu merindukan dan mengingatnya. Orang yang merindukan Rasulullah akan selalu berusaha mengerjakan amalan-amalan yang beliau contohkan agar kelak dapat mendekatkan posisinya dengan Rasulullah.

2. Barang siapa yang mencintai Rasulullah akan senantiasa mengingatnya dalam setiap aktivitasnya dan selalu membaca shalawat atasnya. Mengenai bershalawat atas Nabi, Allah memerintahkan: ''Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.'' (QS. 33: 56). Wallahu a'lam bis-shawab.

readmore »»  

Wisata Hati

Tentang Luqman: siapakah yang masih mengingat cerita yang menarik dan menyejukan itu? Ketika Luqman diperintahkan oleh majikannya untuk mengambil 'bagian terbaik' dari hewan kurban, ia mengambilkan 'hati dan lisan' hewan tersebut untuk tuannya. Dan ketika ia disuruh untuk mengambil bagian terburuk, ia kembali membawa bagian yang sama. Tuannya heran dan bertanya: "Ketika aku menyuruhmu mengambilkan bagian terbaik dari orang hewan kurban, engkau membawakanku 'hati dan lidah'. Sekarang, engkau juga memberikan kepadaku organ yang sama. Kenapa?" Dengan sangat bijak Luqman menjelaskan bahwa tidak ada yang paling baik dari orang makhluk, kecuali hati dan lisannya. Dan sebaliknya: tidak ada yang paling jelek dan kotor dari hamba selain 'hati dan lisannya'.

Kanjeng Nabi secara detil menjelaskan kepada kita: "Ketahuilah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka jasad akan baik seluruhnya. Namun jika ia rusak, maka jasad (juga) rusak seluruhnya. Itulah 'hati'".

Hati adalah raja dalam tubuh. Ia penguasa. Perintah dan larangannya ditaati oleh seluruh prajuritnya: anggota badan. Namun, jika raja tidak pernah "dijamu" dan diberi "masukan", ia akan lemah dan tidak dapat memerintah dengan baik dan berwibawa. Kalau 'sang raja' sudah tidak berwibawa lagi, otomatis rakyatnya akan rusak.

Oleh karenanya, 'sang raja' harus selalu diajak berjalan-jalan. "Wisata Hati". Ia harus dibawa melintasi lautan hikmah. Agar ia tidak lelah dan lesu. Imam Ali ibn Abi Thalib menjelaskan: "Rehatkanlah hati itu dan carikan untuknya sentuhan hikmah. Karena ia merasa bosan, sebagaimana halnya tubuh."
Hikmah. Ya, hikmah. Ada apa dengan hikmah? Hikmah adalah "mutiara yang hilang" dari setiap Muslim. Barangsiapa yang menemukannya, ia lebih berhak untuk memungutnya kembali, demikian bunyi sebuah adagium hikmah. Saking berharganya 'hikmah' itu, Allah menyatakan: "Barangsiapa yg diberi hikmah, ia telah dikarunia kebaikan yg banyak...(Qs. Al-Baqarah [2]: 269).

Wisata hati adalah wisata yang sangat menyenangkan. Jika kita tahu arah dan area wisata itu. Jika tidak, hasilnya juga tidak akan baik. Maka, ia harus pergi ke lautan hikmah, seperti yang disebutkan Imam Ali ra. Agar ia jangan cepat bosan, lelah dan lesu. Ibarat tubuh, hati juga harus "diberi makan" dan "minum". Dengan demikian, ia akan tetap eksis dan fit.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan: "Barangsiapa yang menginginkan hati yang bersih, hendaklah ia lebih mendahulukan Tuhannya ketimbang syahwatnya. Karena hati yang 'terpaut' oleh syahwat tertutup dari Allah sesuai dengan kadar 'keterpautannya' dengan syahwat itu. Hati adalah 'wadah' Allah di atas bumi-Nya. Maka hati yang paling dicintainya adalah yang lebih 'tinggi' (kadar kesuciannya), lebih keras (kuat) dan lebih bersih. Jika hati itu diberi makan dengan 'dzikir', disiram dengan tafakkur dan dibersihkan dari cela, ia akan (mampu) melihat berbagai keajaiban dan akan diilhami oleh hikmah."

Subhanallah! Itulah daerah dan kawasan 'wisata hati'. Tidak banyak ternyata. Cukup tiga saja: dzikir, tafakkur dan bersih dari cela. Adakah yang mengatakan bahwa ketiga hal tersebut berat? Atau, ada yang mengatakan bahwa tiga kawasan itu sulit ditempuh dan dilewati? Tentu, jawabannya lebih bijak jika disimpan di dalam 'hati' masing-masing.

Dzikir. Mengingat. Mengingat apa saja. Terutama mengingat Allah. Allah Mahamengetahui dan Mahabijaksana. Ia tidak pernah lalai dari apa yang dikerjakan oleh makhluk-Nya. Ia juga tidak pernah lupa untuk membalas amal hamba-Nya. Baik amalan itu saleh, maupun jelek. Dalam dzikrullah, Ia sendiri berjanji akan mengingat orang yang mengingat dan menyebut-Nya: "Ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian..." (Qs. Al-Baqarah [2]: 152). Tentunya setiap yang melakukan 'perniagaan' dengan Allah tidak ada yang dirugikan sedikitpun.

Tafakkur. Tafakkur adalah bagian dari ibadah. Bukankah nabi Ibrahim, bapak monoteis, adalah contoh ideal dalam tafakkur? Dalam gelap gulita ia ber-tafakkur: ia mengira 'bintang' sebagai Tuhannya. Ketika bintang itu tenggelam, ia pun kecewa. Karena yang dapat tenggelam berarti bukan Tuhan. Ia benci kepada 'Tuhan yang tenggelam'. Ketika ia melihat 'bulan' muncul. Ia kembali mengira bahwa itu adalah 'Tuhannya'. Namun ketika bulan (juga) tenggelam, ia kembali kecewa. Terakhir, ia melihat 'matahari' terbit. Ia mengira (juga) bahwa itulah Tuhannya, karena dilihatnya lebih besar, lebih terang. Namun matahari juga mengecewakannya.

Hasil dari kekecewaannya itu ia kabarkan kepada kaumnya: ia berlepas dari apa yang mereka sembah dan persekutukan. Dan pada akhirnya, ia sampai kepada nilai tafakkur-nya: Tuhan bukan bintang, bulan atau matahari. Tuhannya adalah yang menciptakan langit dan bumi, termasuk isinya: bintang, bulan dan matahari. Akhirnya, tafakkur-nya membuahkan gumpalan keyakinan yang tak tergoyahkan (Qs. Al-An'am [6]: 75-79).

Baginda Nabi Muhammad saw juga demikian. Sebelum jadi Rasul, beliau adalah ahli tafakkur. Beliau suka ber-tahannuts di Gua Hira. Hal ini diceritakan oleh istrinya tercinta, Humaira Aisyah ra. "Beliau suka menyendiri kemudian bertahannuts di dalam Gua Hira beberapa malam lamanya" (HR Bukhari-Muslim). Kemudian beliau menyuruh umatnya agar ber-tafakkur: memikirkan ciptaan Allah, "Tafakkaru fi khalqillah..." (Bertafakkurlah tentang ciptaan Allah...) (Dikeluarkan oleh Dailamiy di dalam kitab al-Firdaus).

Ternyata kebiasaan ber-tafakkur sudah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Ummu Darda sendiri ketika ditanya tentang perbuatan Abu Darda yang paling afdhal, ia menjawab: tafakkur dan ber-iktibar. Hasan Al-Bashri menyatakan: "Tafakkur saa'atan afdhalu min qiyami lailatin" (Bertafakkur satu saat lebih baik dari shalat satu malam suntuk).

Umar ibn Abdul Aziz juga berkata: "Al-Ta'ammul fi ni'amillah min afdhal al-'ibadat" (Memikirkan (secara jeli) nikmat Allah salah satu bentuk ibadah yang paling baik). Maka ber-tafakkurlah!

Membersihkan hati dari 'cela'. Sebab hati itu seperti besi: bisa kotor dan berkarat. Kalau sudah berkarat tentunya agak sulit untuk membersihkannya. Meskipun bisa, biasanya tidak sebersih asalnya. Namun 'hati' bukanlah 'besi'. Ia dapat bersih seperti sediakala: bersinar dan bercahaya kembali.

Yang membuat hati kita berkarat adalah 'debu modernisasi', kabut kemajuan yang sudah tak terkontrol, belum lagi 'limbah pabrik kemaksiatan'. Semuanya menutup mata hati. Membuatnya tidak lagi tajam dan jeli. Cahayanya "redup": tidak bertenaga dan tidak memiliki pesona lagi. Hati harus dilatih (riyadhah) agar dapat mengalahkan hawa nafsu. Cinta dunia, harta, sombong, congkah, pongah, kikir (bakhil), ghibah, namimah, suka melirik kekayaan orang lain, dan sebagainya adalah bentuk 'cela' yang dapat mengotori hati.

Kesemuanya akan bermuara dan berkumpul. Kemudian akan melahirkan apa yang disebut dengan "hubb al-dunya" (cinta dunia). Dan pada gilirannya melahirkan "karahiyah al-maut": takut dan enggan untuk mati. Oleh karena itu, Kanjeng Nabi selalu mengingatkan agar hati selalu diarahkan untuk (selalu) mengingat maut. "Aktsiru min dzikr hadzim al-ladzat" (Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan).

Aisyah bertanya kepada Nabi saw: "Wahai Rasulullah, adakah seseorang yang dibangkitkan (pada hari kiamat) bersama para syuhada?" "Ya, ada." kata Rasul. "Yaitu orang yang mengingat maut dalam sehari sebanyak dua puluh kali”.

Dengan mengingat mati, orang hanya akan ingat untuk berbuat kebaikan. Ia lupa untuk 'menggunjingkan' kejelekan dan aib orang lain. Karena ia sadar bahwa amalnya belum tentu lebih baik dari orang yang digunjingkannya. Bisa jadi orang yang menurutnya buruk dan banyak dosa, ternyata lebih mulia di sisi Allah.

Orang yang sadar bahwa kematian itu dekat, ia tidak akan berani "korupsi" dan memakan harta rakyat kecil. Ia sadar bahwa apa yang ia makan akan dipertanggungjawabkan di pengadilan Tuhan yang Maha Adil. Tentunya "catatan" dan "dokumen" Tuhan lebih rapi dan terjamin validitasnya.

Lahirnya kesadaran seperti itu akan menghilangkan 'cela' dan keburukan yang bersemayam di dalam hati. Sehingga, karat hatinya dapat pudar. Hati adalah cermin Allah. Ia tidak akan rela dan ikhlas jika cermin-Nya itu kotor: karena ia tidak dapat ditembus oleh cahaya hidayah-Nya. Mari kita mulai "Wisata Hati" ini.

Wallahu a'lamu bi al-shawab.

readmore »»  

Kamis, 07 Mei 2009

Sms dari sahabat...

Sms dari sahabat da’wah ku..

1. Bersungguh-sungguhlah dengan kelemahanmu niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuatan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan ketidakberdayaanmu, niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuatan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan kehinaanmu dihadapan-Nya niscaya Ia akan menolongmu dengan kemuliaan-Nya. Ya Rabb, janganlah Engkau hukum aku atas apa yang mereka katakan tentang aku, berikanlah kebaikan kepadaku dari apa yang mereka sangkakan kepadaku, ampuni aku atas apa yang tidak mereka ketahui tentang diriku, ya Rabb hanya kepada-Mu kugantungkan segala harap dan asaku. (Mb Eva)

2. Mawar hitam untuk musuh….

Mawar kuning untuk teman yang periang…

Mawar pink untuk teman yang baik…

Mawar putih untuk orang yang kau sayangi…

Mawar merah untuk orang yang kamu cinta…

Mawar mana yang mbak kasih ke ana?

(Nasyifah, 081007, 21: 44 : 06)

3. Apa kabar iman? Semoga makin meninggi. Apa kabar hati? Semoga makin cinta pada kekasih-Nya. Apa kabar jasad? Moga tambah berkah karna selalu mengagungkan-Nya. Apa kabar ruh? Semoga slalu terisi semangat dakwah.

(Nasyifah, 120707, 07: 02: 31)

4. Cinta karena Allah itu:

Cinta-Nya tak sebatas jarak. Rindunya tak sebatas perlu. Silaturahimnya tak sebatas ketika butuh. Ikatan hatinya tak sebatas organisasi. Apa kabar dik?

(Mbak Een, 101007, 19: 07: 54)

5. Inilah persaudaraan yang terjalin antara kita. Tanpa disadari, ikatan cinta sudah menyatukan hati hingga disaat salah satunya tiada maka terasa hampa. Mungkin ukhti tidak percaya, tapi sungguh I love U so much..

(Syitta, 230707, 07: 33: 18)

6. Kita telah berhimpun dalam cinta_Nya, dalam perjalanan panjang & tiada bertepi, moga Allah mengekalkan ukhuwah ini hingga ke jannah-Nya, keep fighting dinda shalehah, rindu mbak buat mu, miss u cos Allah..

( Mb Khaulah, 190707, 06: 22: 35)

7. Ukhuwah adalah telaga bagi batin yang rindu kesejatian cinta, tempat berlabuh utk selalu menguatkan, di dalamnya ada intan syahdu untuk ketulusan doa, ana uhibbuki fillah…

(Luthfia, 110108, 06: 01: 40)

8. Subhanallah, syukron ukhti atas penyemangatnya, ada rasa bangga dan syukur dihati, akhirnya Allah mengabulkan keinginan ana untuk memiliki sahabat dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar, ana jadi malu, ana kurang cakap menguntai kata-kata seindah itu. Ana jadi merasa tak sendiri lagi sekarang. Syukron ya ukh, keep to istiqomah, Allahuakbar…

(Laily, 220508, 19: 47: 36)

9. Sahabat bukanlah matematika yang dapat dihitung nilainya, bukan ekonomi yang menerapkan materi, bukan juga ppkn yang dituntut oleh UU, tapi sahabat adalah sejarah yang dapat dikenang sepanjang masa, sekarang, esok, seterusnya…

(Hanifa al huda, 120908, 08: 26: 30)

readmore »»  

Rabu, 06 Mei 2009

Afwan

Sesuatu hal kadang terjadi tanpa diduga. Andai saja kita bisa mengetahui hal itu, mungkin ana tidak ingin itu terjadi. tidak pernah terpikirkan jika hubungan persaudaraan itu bisa rusak hanya karena emosi yang tak bisa dijaga. Padahal sama-sama paham hal itu salah. Percuma menjadi aktivis dakwah, jika ternyata masih sama-sama tak bisa menahan emosi.
Afwan saudaraku, jika keputusan ana waktu itu membebani pikiran antum.Tidak seharusnya ana bersikap seperti itu. Tapi itu semua ana lakukan hanya ingin agar antum bisa introspeksi diri.
Ana berharap hal ini tidak merusak kerja-kerja dakwah yang telah dirancang.
Afwan jiddan....semoga antum bisa memahami kondisi ana saat itu.
readmore »»