Minggu, 31 Juli 2011

Ramadhan is coming....

.:Alhamdulillah..
segala nikmatNYA tak akan pernah terputus..:.
hanya saja, apakah kita bisa merasakan nikmat-nikmatNya dan mensyukurinya.
MasyaALLAH , ALLAH mempertemukanku kembali dengan Ramadhan saat ini

Sejatinya, Ramadhan dari tahun ke tahun sama saja, yang membuatnya berbeda adalah apakah diri kita bisa berubah menjadi lebih baik dari tahun ke tahun berikutnya.
Semoga sapaan Ramadhan kali ini lebih lembut dan membekas lebih indah.

Bismillah.. persiapkan Ramadhan lebih dan lebih!!!
Barokalloh ^^
readmore »»  

DiNamiKa... ( pahami keberadaan kita dan mereka )

DiNamiKa... ( pahami keberadaan kita dan mereka )

Dinamika adalah kawan akrab perjuangan, maju dan mundur, naik dan turun, juga diam dan berteriak, sebuah peran yang tinggal menunggu saat tepat penggunaan. Berteriaklah ketika harus berteriak dan diam ketika harus diam. Tak semua dari kita bisa mengikuti jalannya sebuah dinamika. Laju perubahan yang cepat maupun sebuah kemunduran menjadi sebuah dinamika yang pasti terjadi dan itu sunnatullah.

Dinamika pula yang menyebabkan seseorang tampak aktif maupun tidak aktif dalam beraktifitas. Penurunannya bisa jadi tidak seekstrim sampai 180 derajat, namun dari sangat aktif sekali, menjadi sangat aktif, aktif, cukup aktif, lumayan aktif, agak aktif, sedikit aktif, kadang-kadang aktif, sampai tidak aktif blas, dan lain sebagainya.

Nabi Muhammad SAW pun tak luput mengalami dinamika itu. Justru dengan dinamika itu, sangat layaklah beliau menjadi panutan kita. Semua bisa dijangkau dengan nalar dan logika. Peristiwa Uhud adalah kekalahan yang busa juga berarti kemenangan di sisi lain yaitu kemenangan maknawiyah, ruhiyah dan mental kaum muslimin.

”Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh – musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata, ’Darimana datangnya (kekalahan) ini’. Katakanlah, ’Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri’. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu’. Al Qur`an Surat Ali Imran ayat 165.

Peritiwa Uhud membuat kaum muslimin melakukan konsolidasi keimanan dan konsolidasi stuktural. Pasca kocar-kacirnya kondisi pasukan Uhud, Rasulullah segera berinisiatif untuk mengumpulkan kembali keadaan pasukan, Rasulullah bukan meminta para sahabat untuk segera menyelamatkan diri masing-masing tetapi justru menyeru mereka untuk kembali menyatukan kekuatan dan melakukan konsolidasi secara struktural, maka kemudian dimintalah salah seorang sahabat menyeru untuk segera berkumpul, menyusun kembali pribadi-pribadi sahabat menjadi satu kesatuan barisan yang kokoh. Rasulullah sebagai panglima perang dan beberapa sahabat utama menjadi komandan pasukan.Konsolidasi struktural, menjadi kunci kemenangan berikutnya !

Dalam sebuah buku ”mengorganisir rakyat”, seorang pelaku pengorganisir rakyat, Jo Hann Tan, diawal tulisannya menuliskan

Pada Awalnya,…..

maka, jika anda memutuskan untuk menjadi pengorganisir rakyat, bersiaplah menghadapi banyak tantangan, karena menjadi pengorganisir rakyat berarti terlibat dalam suatu proses perjuangan seumur hidup ”.

“ dan jika ternyata semua serangan itu terlalu kuat dan tak mampu lagi anda atasi, maka bersiaplah sejak awal untuk menerima kenyataan bahwa anda gagal sebagai pengorganisir rakyat”.

Dinamika adalah hal yang harus dihadapi dengan kepercayaan diri. Roda selalu berputar. Ada kalanya di atas pun begitu suatu saat pasti di bawah. Pengalaman mampu berbicara banya untuk menguatkan kepercayaan diri menghadapi berbagai dinamika hidup. Kata Anis Matta, pengalaman memberi seseorang keyakinan-keyakinan baru yang memperteguh keyakinan-keyakinan sebelumnya. Ketika kebenaran ide, konsep atau pemikiran terbukti dalam pengalaman kehidupan riil, pengalaman itulah yang memberi keyakinan-keyakinan baru, yang melampaui batas-batas rasional dan memasuki wilayah hati.
readmore »»  

Dakwah itu Visioner

Dakwah Itu Visioner
(copas from my friend)
“Dakwah itu adalah sebuah kebaikan…namun terkadang kalah oleh karena kita tak berfikir visioner”

Visioner adalah padanan kata yang tepat itu menempatkan gerakan dakwah di berbagai ranah kehidupan. Mengapa? Karena tanpa pemikiran yang visioner, gerakan dakwah itu hanya akan bertahan sebentar sekali dalam area yang dimasukinya. Apakah itu yang kita inginkan? tentu sama sekali tidak.

Pagi tadi ketika sedang berkunjung ke sebuah sekolah umum dan berbincang-bincang dengan guru-guru, di tengah perbincangan kami salah satu guru tersebut mengatakan:

“Aneh tetangga saya yang baru lulus kemarin, sekarang sedang kuliah kemarin menikah.” Guru lain menanggapi: Pacaran tidak?

Ibu itu menjawab: “Tidak!! Langsung nikah.” Kemudian ibu tadi bicara: “Hm…Jelas itu mah masuk “aliran” yang gak mau pacaran, oh yang perempuannya pake jilbab yang lebar ya? Hmm..ya kayaknya aliran itu tuh.” Jawab guru yang pertama menimpali.

Wahai saudara/i…ku pejuang dakwah dan mencintai Allah swt. dan Rasul saw. dengan ikhlas..itulah gambaran jelas yang terjadi di masyarkat…

Dalam hiruk pikuk film-film Islam, novel-novel Islami dan juga buku-buku Islami ternyata belum mampu mensibghoh masyarakat dengan utuh.. baru sebatas ada “alternatif”.

Inilah sebenarnya tugas da’i dan da’iyah di belahan bumi manapun, karena masyarakat itu butuh sentuhan langsung. Maka akan salah sekali jika para da’i dan da’iyah itu menjadikan indikator keberhasilan itu ketika yang terlihat adalah kuantitas yang begitu banyak tanpa kemudian melupakan tugas selanjutnya bagaimana agar menjadi berkualitas.

Yang sering terjadi di tataran grass root adalah para punggawa dakwah itu menjadi semakin elitis, sehingga objek dakwah kita hanyalah menjadi sekedar kue biasa yang dimakan kemudian tidak berbekas dalam ingatan mereka.

Padahal seharusnya analogi kue itu jika ada pengemasan yang baik seperti distribusi yang rapi dan mendekat dan juga kemasan kue yang diberikan dalam bentuk baik, kemudian senyum-senyum yang manis dari sang pengantar kue maka akan lain ceritanya.

Sekali lagi, objek dakwah itu butuh sentuhan langsung bukan bersikap elitis.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Hasyr:18

Ayat ini mengingatkan bahwa strategi kemenangan itu letaknya pada sebuah perencanaan yang visioner dengan balutan taqwa dalam setiap langkah pencapaian. Maka tak ada lagi logika retorika, semua yang harus ada adalah ketika retorika berbanding lurus dengan perbuatan.

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” As-Shaff:2-3

Jangan menyerah saudara-saudariku… Lanjutkan perjuangan para Nabi, dengan perencaaan visioner.
readmore »»  

Kamis, 28 Juli 2011

Mencintai

MENCINTAI
-M.Anis Matta-
Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilahkan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan. Kita harus belajar untuk bertanggung jawab atas setiap perkataan kita. Bukankah lebih baik bahagia melihat orang yang kita sayangi bahagia bersama orang lain dan akan lebih menyakitkan lagi ketika orang yang kita sayangi tidak bahagia bersama kita.
Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah,
Maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya,
Pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki:
Selamanya memberi yang bisa kita berikan,
Selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai.

-M.Anis Matta-
Ketika memang orang yang kita sayangi, harus menikah dengan orang lain... yakinlah saat ini Allah sedang mempersiapkan imam terbaiknya untuk menemani kehidupanmu selanjutnya. Ikhlaskan perasaan itu, hanyutkan ia dalam derasnya air yang mengalir dalam kerinduan. Tak mudah memang,, butuh waktu untuk menetralisir itu. Teori tak semudah prakteknya. Tapi kembalikanlah semua itu pada Pemilik Cinta. Karena Pemilik Cinta yang memberi maka kembalikan lagi dan pintalah kepada Pemilik Cinta untuk mengambilnya kembali. Percayalah...setiap cobaan ada masanya, dan ada waktunya nanti untuk kita bahagia. Hanya berbeda waktu dan caranya^^
Berusaha membuat cinta itu sebagai kata kerja. Lakukanlah kerja jiwa dan raga untuk mencintainya. Kerjakan cinta yang ku maksudkan agar kau temukan cinta yang kau maksudkan, karena cinta adalah kata kerja. Biarlah perasaan hati menjadi makmum bagi kerja-kerja cinta yang dilakukan oleh amal-amal shalih kita (JCPP).
Biarlah rasa sayang ini ku mahkotai dengan keimananku dan biarlah rasa ini berhenti pada titik ketaatan kepadaMu, Ya Rabbku....
Ya ketika cinta yang terlanjur disergap perasaan memiliki,,pembicaraan yang tak seharusnya muncul,, interaksi yang intens,, akibatnya ada suatu harap yang tertanam... ya inilah akibatnya. Belajarlah untuk menyayangi orang sewajarnya,, walo perasaan itu fitrah tapi kemaslah dengan indah agar jika si dia bukan imam kita,, hati ini pun tak begitu terpukul kehilangannya. Itu hanyalah titipan dari Allah,, hanya berbeda caranya saja,,kapan dan bagaimana kita harus berpisah dengan orang yang kita sayangi^^
Ketika mengalami hal itu,, cukuplah air mata ini mengalir sebagai rasa bahagia...karena orang yang kita sayangi akan menggenapkan separuh dari agamaNya bersama pilihan Allah yang lain walo dalam hati menginginkan pilihan itu adalah kita.
Allah memberikan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan^^
“Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Janganlah Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah” *doa Sang Nabi*
readmore »»  

Rabu, 27 Juli 2011

Nasehat Ramadhan utk orang-orang sholeh

Nasehat Ramadhan Orang-Orang Shalih
1. Berusahalah semaksimal mungkin untuk menjadikan Ramadhan penuh berkah ini sebagai stasiun untuk menginstrospeksi diri, dengan meningkatkan amal-amal kita, mengulang dan memperbaikinya, untuk bekal kehidupan kelak.
2. Berusahalah menjaga kestabilan dan konsistensi shalat Tarawih secara berjamaah. Karena Rasululloh SAW bersabda, “Siapa yang shalat bersama imam sampai ia berhenti, maka akan dicatat untuknya seperti mendirikan shalat sepanjang malam.”
3. Berhati-hatilah untuk tidak berbuat berlebih-lebihan dalam harta dan lainnya. Karena berlebih-lebihan itu adalah perbuatan haram dan membuat kita sedikit bersedekah. Padahal sedekah itulah yang akan mendatangkan pahala untuk kita.
4. Bertekad untuk melanjutkan perbutan-perbuatan baik yang kita biasakan di dalam Ramadhan, setelah Ramadhan berakhir.
5. Mengambil pelajaran atas waktu yang telah berlalu, serta berusaha menutupi kekurangan yang ada dengan memanfaatkan sisa umur.
6. Sesungguhnya, bulan ini adalah bulan ibadah dan amal, bukan unuk memperbanyak tidur dan memelihara kemalasan.
7. Biasakan lidah kita untuk berdzikir. Janganlah kita termasuk orang-orang yang sedikit mengingat ALLAH SWT.
8. Ketik akita merasa lapar, maka ingatlah sesungguhnya kita adalah makhluk yang lemah, dan kita sangat membutuhkan makanan dan kebutuhan lainnya dari ALLAH SWT.
9. Gunakanlah waktu kita di bulan ini untuk meredam syahwat dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat, bahkan membahayakan.
10. Ketahuilan bahwasanya beramal itu adalah amanah. Maka introspeksilah diri kita apakah kita sudah melakukannya dengan baik atau tidak.
11. Bersegeralah memohon maaf kepada orang yang pernah kita zhalimi, sebelum orang itu mengambil pahala amal kebaikan kita di akhirat kelak.
12. Berusahalah untuk selalu memberi makanan dan minuman berbuka kepada orang yang berpuasa agar kita mendapatkan pahala seperti puasa yang dikerjakannya.
13. Ketahuilan bahwasanya ALLAH SWT Maha Memuliakan dan Maha Penyayang menerima taubat orang-orang yang bertaubat. Dan Dia adalah Dzat yang memiliki kekuasaan membalas dahsyatnya tak terkira.
14. Jika kita melakukan maksiat, sementara ALLAh menutupi aib kita dari perbuatan maksiat itu, maka ketahuilah sesungguhnya ini adalah perintah agar kita segera bertaubat dan kuatkan tekad untuk tidak kembali mengulang kemasiatan serupa.
15. Ketahuilan pula bahwasanya ALLAH SWT membolehkan kita untuk beristirahat dan bersantai dengan hal-hal yang juga dibolehkan. Akan tetapi jangan terlena dengan istirahat itu sehingga menjadikan waktu kita untuk beristirahat dan berleha-leha., sehingga tak tersisa waktu untuk kita melakukan persiapan dengan menumpulkan banyak amal.
16. Bekali diri kita dengan pemahaman atas makna-makna (tafsir) Al-Qur’an dan hadist-hadist Nabi SAW, sirah Nabi dan salafushalih,dan ilmu-ilmu agama karena sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah termasuk ibadah.
17. Jauhkan diri kita dari pergaulan dengan orang-orang yang kurang baik akhlaqnya, dan sebaliknya, perbanyaklah berteman dengan orang-orang shalih yang bisa menularkan keshalihannya dan ketaatannya kepada kita.
18. Sesungguhnya sikap kita yang selalu bersegera datang ke masjid adalah pertanda kuatnya kerinduan dan cinta kita kepada sang Khaliq.
19. Jangan terlalu banyak menghidangkan jenis makanan ketika sedang berbuka puasa, karena hal itu selain mubadzir juga akan menyibukkan anggota keluarga untuk mempersiapkannya, sehingga mereka akan kehilangan banyak kesempatan di waktu siang untuk membaca Al-Qur’an dan ibadah-ibadah yag lain.
20. Jangan terlalu sering jalan-jalan, keluar rumah di waktu malam seperti ke tempat-tempat umum , mal, pasar, tempat hiburan, dsb. Terutama di hari-hari penghujung Ramadhan agar kita tidak kehilangan kesempatan yang sangat berharga.
21. Berupayalah sekuat tenaga untuk melakukan Qiyamulail pada sepuluh malam terakhir, karena malam-malam itu adalah malam-malam yang memiliki keutamaan dimana Lailatul Qadr; malam yang lebih mulia dari malam seribu bulan, akan turun.
22. Lakukanlah i’tikaf di masjid, meskipun hanya beberapa jam.
23. Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam idul fitridan pada pagi harinya sampai selesai melaksanakan shalat.
24. Ketahuilah bahwa hari Idul Fitri adalah hari untuk bersyukur kepada ALLAH. Maka jangan jadikan ia sebagai hari kebebasan untuk melakukan semua hal yang selama ini terpendam dalam keinginan kita.
25. Ingatlah selalu kepada ALLAH, sedang kita selalu dalam keadaan suka cita dengan kedatangan hari raya.
26. Gunakanlah sebagian hari-hari kita di luar Ramadhan untuk berpuasa sunah. Janganlah kita hanya berpuasa di bulan Ramadhan saja.
27. Selalulah mengintrospeksi diri kita dalam segala hal. Seperti menjaga shalat jamaah, berbakti kepada kedua orang tua, mengeluarkan zakat, bersilaturrahim, selalu membaca ALQur’an dan mentadaburinya, dll.

Inilah beberapa nasehat singkat dari orang-orang shalih kepada kita. Semoga kita dapat menjadikannya sebagai renungan untuk merengkuh sebanyak mungkin pahala yang terkandung dalam bulan Ramadhan.

::diambil dari buku Nasehat Ramadhan Orang-Orang Shalih, karangan ust. Sulthan Hadi::
readmore »»  

Selasa, 26 Juli 2011

Ilmu dan Amal

ketika ILMU menjadi syarat sah amal..
maka,posisi ilmu dalam amal adalah sebagai pengendali niat, krn seseorang baru bisa berniat untuk beramal dengan niat yang benar.
"Amal itu tidak mungkin diterima kecuali yang didahului dengan tujuan untuk Allah. Inti dari tujuan ini adalah memahami tentang pahala yg Allah janjikan serta memahami tata cara ikhlas kpd Allah dalam beramal. Ketika amal itu tdk diiringi dgn niat, tdk mengharapkan pahala, dan kosong dari ikhlas krn Allah maka hakekatnya bukanlah amal tapi seperti perbuatan yang sia-sia"
readmore »»  

Jaga Hati untuk selamanya

Menjaga Hati untuk Selamanya

Kita tidak akan pernah tahu, tapi kita harus siap dengan setiap episode.

Belajar untuk siap akan terus mengalir bersamaan dengan kita menjalaninya.



Berkisah tentang menuju pernikahan adalah hal yang selalu menarik untuk dikisahkan terutama bagi yang akan menuju padanya.Menujunya adalah suatu ibadah, wajar jika kita akan memulainya banyak godaan .Bagi yang belum merasakannya, mungkin hanya bisa mengira-ngira atau meraba-raba bagaimana rasanya menuju dan menikmati episodenya.

Siapakah ia? Bagaimanakah ia? Itu adalah pertanyaan mendasar untuk siapa calon kita nanti. Ia akan lebih surprise jika ia adalah orang pertama yang kita kenal. Semua penuh kejutan, karena itu adalah bagian dari rahasia ALLAH kepada hambaNya.

Sudah siapkah? Tidak akan lagi seorang diri , tapi ia akan menjadi dua kepala yang menyatu bersama, berjalan berdampingan untuk bisa saling melengkapi. Yakinlah bahwa calon kita nanti adalah orang yang terbaik yang ALLAH berikan.

Berbicaralah dengan hati dan akal kita pun diikutsertakan dalam memilih / menentukan jodoh, singkarkanlah urusan dunia untuk sementara. Kecantikan, ketampanan, kekayaan. Beralih lah dulu menuju aklaq dan agamanya, karena itu akan menyelamatkanmu. Bukan hanya sekedar teori, insyaALLAH ini adalah hal yang utama. Bersyukur jika kita mendapatkan apa yang kita inginkan.

Setiap orang pastilah mempunyai prinsip dalam memilih jodohnya. Ada satu hal yang menurutku itu adalah hal yang luar biasa… ketika kita berusaha sekuat tenaga menjaga diri sebelum adanya ikatan yang sah, maka insyaALLAH kita pun juga akan mendapatkan calon pendamping yang ia juga selalu menjaga dirinya. Tetaplah berprasangka baik dengan calon pasangan kita. Berharap ALLAH memberikan yang terbaik sekali dalam seumur hidup dan seterusnya.

Aamiin,,,,
readmore »»  

Karakter Rumah Tangga Islam :)

Secara bahasa kata rumah (al-bait) dalam Qamus Al-Muhith bermakna: kemuliaan, istana, keluarga seseorang, kasur untuk tidur, bisa pula bermakna: menikahkan, atau orang yang mulia.

Dari makna tersebut, rumah memiliki konotasi: tempat kemuliaan, sebuah istana, adanya suasana kekeluargaan, kasur untuk tidur, dan aktivitas pernikahan. Sehingga rumah tidak hanya bermakna tempat tinggal, tetapi juga bisa bermakna penghuni dan suasana.

Rumah tangga Islami bukan hanya sekedar berdiri di atas kemusliman seluruh anggota keluarganya. Bukan pula karena seringnya terdengar lantunan ayat-ayat al-Qur'an dari rumah itu, Dan bukan pula sekedar anak-anaknya disekolahkan ke masjid sewaktu sore hari.

Rumah tangga Islam adalah rumah yang didalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah. Dari makna tersebut, rumah memiliki konotasi: tempat kemuliaan, sebuah istana, adanya suasana kekeluargaan, kasur untuk tidur, dan aktivitas pernikahan. Sehingga rumah tidak hanya bermakna tempat tinggal, tetapi juga bisa bermakna penghuni dan suasana.

Rumah tangga Islami bukan hanya sekedar berdiri di atas kemusliman seluruh anggota keluarganya. Bukan pula karena seringnya terdengar lantunan ayat-ayat al-Qur'an dari rumah itu, Dan bukan pula sekedar anak-anaknya disekolahkan ke masjid sewaktu sore hari.

Rumah tangga Islam adalah rumah yang didalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah. mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar, karena kecintaannya kepada Allah.

Rumah tangga Islami adalah rumah tangga teladan yang menjadi panutan dan dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Mereka berkhidmad kepada Allah Swt. Dalam suka maupun duka, dalam keadaan senggang maupun sempit.

Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang didalamnya terdapat iklim yang sakinah (tenang), mawadah (penuh cinta) dan rahmah (sarat kasih saying). Perasaan itu senantiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan suasana "surga" di dalamnya. Sesuai slogan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Baiti Jannati.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri kalian dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kalian rasa kasih dan saying. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (Ar-Rum:21)

Prinsip-prinsip dasar Rumah Tangga Islami, antara lain:

1. Ia tegak di atas landasan Ibadah

Rumah tangga Isalam harus didirkan dalam rangka beribadah kepada Allah Swt semata. Artinya sejak proses pemilihan jodoh, bertemu, menjalin kesepakatan hingga pelaksanaan pernikahan tidak terlepas dari prinsip ibadah.

Ketundukan sejak langkah awal mendirikan rumah tangga setidaknya menjadi pemicu untuk tetap tunduk dalam langkah-langkah selanjutnya kelak, jika terjadi permasalahan dalam rumah tangga akan dengan mudah menyelesaikannya, karena semua telah tunduk kepada peraturan Allah dan Rasulnya.



"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku" (Adz Dzariyat:56)



2. Nilai-nilai Islam terinternalisasi secara kaffah

Internalisasi nilai-nilai Islam secara kaffah (menyeluruh) harus terjadi dalam diri setiap anggota keluarga sehingga mereka senantiasa komit terhadap adab-adab Islami.



"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu". (Al-Baqarah:120)



Untuk itu rumah tangga Islami dituntut untuk menyediakan sarana-sarana tarbiyah islamiyyah yang memadai, agar proses belajar, menyerap nilai dan ilmu sampai akhirnya aplikasi dalam kehidupan sehari-hari bisa diwujudkan. Internalisasi ini harus berjalan terus menerus, bertahap dan berkesinambungan. Tanpa hal ini, adab-adab Islami tak akan bisa ditegakkan.



3. Hadirnya Qudwah yang nyata

Untuk menegakkan Islam secara kaffah perlu qudwah (Keteladanan) yang nyata dari sekumpulan adab Islam yang hendak diterapkan. Orang tua mempunyai posisi yang sangat penting dalam hal ini. Sebelum memerintah kebaikan atau melarang kemungkaran kepada anggota keluarganya, pertama kali orang tuanya harus memberikan keteladanan.

"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tiada kalian kerjakan" (Ash-Shaf:3-4)

Keteladanan sangat diperlukan, dalam proses interaksi anak-anak dengan orang tuanya sangatlah dekat. Anak akan langsung mengetahui kondisi ideal yang diharapkan. Di sisi lain, pada saat anak-anak masih belum dewasa, proses pencerapan nilai-nilai lebih tertekankan pada apa yang mereka lihat dan dengar dalam kehidupan sehari-hari. Tak banyak manfaat orang tua menyuruh anak-anaknya rajin melaksanakan shalat tepat waktu, sementara ia sendiri selalu asyik melihat acara televisi saat adzan mahrib tiba.

4. Masing-masing anggota keluarga diposisikan sesuai syariat

Islam telah memberikan hak dan kewajiban bagi masing-masing anggota keluarga secara tepat dan manusiawi. APabila hal itu ditepati, akan mengantarkan mereka pada kebaikan dunia dan akhirat.

"Dan janganlah kamu iri hati apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu, lebih banyak dari yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu". (An Nisa':32)

Masih banyak keluarga muslim yang belum bisa berbuat sesuai dengan tuntunan Islam. Betapa banyak kita dengar keluhan keguncangan keluarga Muslim bermula tidak terpenuhinya hak dan kewaiban masing-masing. Suami hanya menuntut haknya dari istri dan anak-anaknya tanpa mau memenuhi kewajibanya. Demikian pula dengan istrinya. Yang terjadi kemudian adalah ketidak harmonisan Susana rumah tangga tersebut.

Penyimpangan seksual yang dilakukan oleh orang tua dan remaja, sumbernya berawal dari ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Fungsi-fungsi tidak berjalan secara normal, karena adanya katup-katup curahan perasaan yang tersumbat, dan akhirnya meledak dalam bentuk penyimpangan-penyimpangan.



Dalam Islam masing-masing anggota dalam rumah tangga mendapatkan posisinya. Suami adalah pemimpin umum yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup rumah tangga. Karenanya tugas mencari penghidupan dibebankan dipundaknya. Istri adalah pemimpin rumah tangga untuk tugas-tugas internal, yang bertugasmengatur urusan kerumahtanggaan, baik ditangani sendiri maupun dengan bantuan orang lain.

Sabda Rasulullah Saw.: "Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Lelaki adalah pemimpin di rumah tangganya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya". (HR Bukhari)

5. Terbiasakanya ta'awun dalam menegakkan adab-adab Islam

Berkhidmat dalam kebaikan tidaklah mudah, amat banyak gangguan dan godaannya. Jika semua anggota keluarga telah bisa menempatkan diri secara tepat, maka ta'awun (tolong menolong) dalam kebaikan akan lebih mungkin terjadi.

"Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan" (Al-Maidah: 2)

Betapa sulit kita membentuk suasana islami apabila kerjasama antar anggota keluarga tidak terwujud. Masing-masing sibuk dengan berbagai urusannya. Mungkin juga masing-masing aktif di pengajian, namun tidak ada suasana saling tolong menolong dan menasihati dalam kebaikan dan taqwa.

Rumah hanya menjadi tempat tidur dan tempat istirahat di malam hari. Jika pun ada komunikasi antar mereka di rumah maka komunikasi itu tidak lagi dibarengi dengan suasana hangat. Tentu keluarga ini akan sulit untuk menciptakan suasana islami. Apalagi mengemban beban dakwah lebih luas.



6. Rumah terkondisikan bagi terlaksnanya peraturan Islam

Adab-adab islami dalam rumah tangga akan sulit dilaksanakan jika struktur bangunan rumah secara fisik tidak mendukung. Di sini pembahasan rumah tangga islami banyak dilupakan.

Dalam budaya masyarakat tertentu lantaran permasalahan ekonomi—rumah hanyalah bangunan segi empat memanjang tanpa sekat ruang di dalamnya. Tidak ada ruang khusus bagi anak-anak perempuan yang terpisah dengan anak-anak laki-laki. Begitu juga ruang khusus suami istri.

Pada masyarakat modern, problem perumahan sangat mendesak bagi tiap keluarga. Ruang-ruang terbatas dan sangat sempit serta jarak antar rumah hanya sebatas satu tembok sudah dianggap biasa. Berbagai penyakit social akan menjadi ancamen serius di lokasi seperti ini.



7. Tercukupinya kebutuhan materi secara wajar

Memang materi bukanah segalanya. Ia bukan merupakan tujuan dalam kehidupan rumah tangga. Akan tetapi tanpa materi akan banyak hal yang tidak bisa didapatkan.



"Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi" (Al Qashash: 77)

Tindak lanjut dari point sebelumnya, amat jelas menggambarkan betapa keluarga Muslim dituntut memiliki materi yang cukup. Rumah yang luas dan kondusif pun juga dibutuhkan bagi upaya terbentuknya suasana islami. Walau bukan berarti rumah mewah dan lengkap dengan sarana kemewahannya. Akan tetapi melihat harga-harga sekarang , maka harus terpenuhi kebutuhan materi yang cukup untuk itu.

Bukan hanya itu, sarana berlangsungnya tarbiyah islamiyyah pun membutuhkan sejumlah materi. Membuat perpustakaan kecil, menghadirkan sarana permainan islami yang mencerdaskan anak, juga membutuhkan biaya. Belum lagi untuk pendidikan yang bermutu.



8. Rumah tangga dihindarkan dari hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat Islam

Menyingkirkan dan menjauhkan berbagai hal di dalam rumah tangga yang tak sesuai dengan semangat keislaman harus dilakukan. Pada kasus-kasus tertentu yang dapat ditolerir, benda-benda, hiasan, dan peralatan yang harus dibuang atau dibatasi pemanfaatannya secara syariat, namun masih disimpan secara sengaja. Apalagi untuk menghormati benda-benda keramat dan lainnya.

Ada pula rumah tangga muslim yang memiliki berbagai peralatan elektronik, seperti: radio, tape recorder, televisi lengkap dengan antenna parabola, video game, laserdisc, bahkan computer dengan jaringan internet, camera digital, dan video shoot. Peralatan tersebut jelas memiliki manfaat bagi pemiliknya, namun disisi yang lain ada bahaya yang senantiasa mengancam yang siap menerkam. Keluarga harus memiliki batasan yang jelas dan tegas dalam pemanfaatannya.

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (At-Tahrim: 6)



9. Anggota keluarga terlibat aktif dalam pembinaan masyarakat

Diperlukan sebuah upaya pembinaan masyarakat (ishlahul mujtama') di sekitarnya menuju pemahaman yang benar tentang Islam yang shahih, untuk kemudian berusaha bersama-sama membina diri dan keluarga sesuai dengan arahan Islam. Disini rumah tangga Islami memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi kebaikan masyarakat di sekitarnya.

"Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula" (An-Nahl: 125)

Dalam era global ini, kita tidak mungkin bisa hidupsendirian terpisah dengan masyarakat, betapapun taatnya keluarga kita terhadap norma-norma ilahiyah, apabila lingkungan sekitar tidak mendukung, pelarutan-pelarutan nilai akan mudah terjadi, lebih-lebih pada anak-anak.



10. Rumah tangga dijaga dari pengaruh lingkungan yang buruk.

Dalam kondisi keluarga islami yang tak mampu memberikan nilai kebaikan kepada masyarakat sekitar yang terlampau parah kerusakannya, maka harus dilakukan upaya-upaya serius untuk membentengi—paling tidak—anggota keluarga. Harus ada mekanisme penyelamatan internal, agar tak larut dan hanyut dalam suasana jahili masyarakat sekitar.

Pada suatu kasus yang amat parah, keluarga muslim bahkan harus meninggalkan lokasi jahiliyah itu untuk mencari tempat yang lain yang lebih baik. Hal ini dilakukan demi kebaikan mereka.

"Maka tetaplah kamu dalam jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga kepada orangyang telah bertaubat beserta kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zhalim yanh menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tidak memiliki seorang penolongpun selain Allah, lalu kamu tidak akan diberi pertolongan". (Hud: 112-113)

Dikhawatirkan ketidak mampuan keluarga Islami untuk memberikan celupan nilai keislaman pada masyarakatnya akan berimbas buruk pada diri mereka sendiri. Artinya tatkala mekanisme defensive belum terjadi secara otomatis, maka ada peluang bagi munculnya rembesan-rembesan suasana jahiliyah dalam rumah tangga islami. Keluarga tersebut kian terdesak dan akhirnya larut dalam keburukan.
Demikian beberapa karakter dasar rumah tangga islami. Apabila sepuluh hal tersebut ada dalam suatu rumah tangga, tentu dari sana akan senantiasa memancar cahaya Islam ke lingkungan sekitarnya.

maraji' : keakhwatan, ust cahyadi takariawan
readmore »»