Kamis, 30 Desember 2010

Sentuhan Tarbiyah seorang IBU

Sentuhan Tarbiyah seorang IBU
Seorang ibu ia harus cerdas.
Cerdas intelektual, emosional, dan spiritual, karena Madrasah pertama bagi seorang anak adalah IBU.

Sentuhan yang begitu lembut, harum, menyejukkan dari seorang IBU, akan mewarnai akhlaq seorang anak.
Peradaban sebuah negara akan dibentuk melalui tangan-tangan indah seorang wanita yang disebut dengan IBU.
Disinilah cerita besar akan dimulai...
Hanyalah kisah sederhana namun sangat dahsyat pengaruhnya.
Tarbiyah yang indah nan cantik telah digoreskan oleh seorang ibu kepadaku dengan berbalut kasih sayangnya.
Sosok yang indah untuk bisa dilukiskan karena Syurga Allah ada di bawah telapak kakinya.

Subhanallahu....

Senyum yang indah memberikan sejuta harapan ketika aku berada pada asa yang rendah.
Kata cintanya tak pernah lepas di setiap doanya pada buah hatinya. Memberi lebih banyak daripada meminta.
Indah dan terlalu indah
Jazakillah khair atas tarbiyahnya yang penuh cinta...
semoga kita selalu bertarbiyah dan tertarbiyah.

Barokaallahu.
Semoga ALLAH memberikan tempat terindah di SyurgaNya kelak untuk ibuku yang sholihah.
Happy mother's day buat ibuku yang sholihah ^_^
:)
readmore »»  

Sabtu, 17 April 2010

Memanggil yang tak tergapai

Memanggil yang tak tergapai

Kita yang menjalani hidup dengan mengalir
Seperti air
Mungkin lupa bahwa air hanya mengalir
Ke tempat yang lebih rendah

“Jika memang Muhammad seorang Nabi”, kata pemuka yahudi kepada Zaid ibn Haritsah, “Kau takkan pernah bias pulang!” kata-kata itu mereka deraskan pada Zaid menjelang keberangkatannya memimpin pasukan ke Mu’tah. Saat itu Rasulullah SAW bersabda kepada sang panglima bersama pasukannya, “Jika Zaid syahid, maka Ja’far ibn Abi Thalib yang akan memimpin pasukan. Jika Ja’far gugur, maka ‘Abdullah ibn Rawahah yang akan memegang bendera.”
“Sesungguhnya dulu”, kata orang-orang Yahudi itu, “Apabila Nabi-nabi Bani Israil menyebut nama seratus orang sebagai panglima, maka dipastikan mereka semua akan gugur. Jadi, jika memang Muhammad seorang Nabi, engkau wahai Zaid pasti mati dalam perang ini!” Apa jawab Zaid, “Tak setitik pun keraguan padaku bahwa dia seorang Nabi. Dan kata-katanya benar lagi dibenarkan dari langit tinggi!”
Maka 3000 pasukan itu pun berangkat diiringi syair-syair semangat dari sang panglima ketiga, ‘Abdullah ibn Rawahah. Adapun ia, menangis pada awalnya. Apakah karena takutkan kematian seperti bisik-berisik para Yahudi? “Bukan!”, tegasnya. Ia lalu membaca ayat ke-71 dari Surat Maryam.
“ Dan tidak seorang pun dari kalian melainkan akan mendatangi neraka itu. Itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang telah ditetapkan.” (Q.s. Maryam : 71)
“Aku tidak tau bagaimana caranya keluar dari neraka itu setelah mendatanginya”, kata ‘Abdullah. Sahabat-sahabatnya pun menyahut, “Semoga Allah senantiasa menemanimu dan mengembalikanmu kepada kami dalam sehat dan sentausa!” menjawab doa itu, ia pun bersenandung.

Tetapi aku, kumohon ampunan pada Ar Rahman
Dan pukulan keras menghantam buih lautan
Atau hentakan mematikan di tangan yang dahaga
Menghunjamkan tombak menembus kulit ke dalam dada
Hingga orang katakan ketika lalui pusaraku
Inilah pahlawan yang mentaati Ilahi

‘Abdullah ibn Rawahah menegaskan cita tinggi di dalam syairnya ini. Dan ketika rombongan sampai di Ma’an, mereka mendengar bahwa Heraclius, kaisar Romawi, memimpin sendiri 100.000 bala tentaranya yang lalu digabungkan dengan pasukan Lakham, Judzam, Qain, Bahra dan Baliy yang dipimpin oleh Malik ibn Zafilah hingga seluruhnya berangka 200.000 prajurit bersenjata lengkap. Bagaimanakah ini, sedangkan kekuatan pasukan dari Madinah hanya 3000 personel? Satu berbanding tujuh puluh?
“Kita tulis surat kepada Rasulullah SAW”, kata seseorang. “Kita beritahu beliau jumlah musuh kita. Bisa jadi beliau akan mengirimkan pasukan tambahan. Atau beliau akan memberika suatu perintah. Lalu kita taati perintah itu.”
Ada yang mengangguk. Tapi sebagian besar menolehkan kepala kepada para panglima. Zaid ibn Haritsah dan Ja’far ibn Abi Thalib terdiam. Zaid seperti biasa memang tak banyak kata. Sedang Ja’far yang baru saja datang ke Madinah dari hijrahnya di Habasyah merasa belum berhak banyak bicara. Mereka lalu melirik ‘Abdullah ibn Rawahah, sang penyair Anshar. Dalam hati Zaid dan Ja’far mungkin melintas pendapat, karena sebagian besar pasukan terdiri atas kaum Anshar biarlah ‘Abdullah yang bicara. Lisannya yang fasih, kata-katanya yang jernih, dan nada bicaranya yang menggelora akan meyakinkan setiap orang.
“Saudara-saudaraku”, kata ‘Abdullah kemudian, “Sesungguhnya apa yang tidak kalian sukai ini justru merupakan tujuan dan cita-cita keberangkatan kita. Tidakkah kalian merindukan mati syahid? Kita memerangi musuh bukan mengandalkan senjata, kekuatan, ataupun banyaknya jumlah bilangan. Kita memerangi mereka hanyasanya mengandalkan agama ini, yang Allah telah muliakan kita karenanya. Maka dari itu, majulah dengan barakah Allah! Kita pasti memperoleh satu di antara dua kebaikan; MENANG atau SYAHID!!”
Lalu semua orang menyorakkan takbir…
readmore »»  

Sabtu, 27 Maret 2010

Jiwa Perindu Syurga

Kepada jiwa-jiwa perindu Syurga
"Perjuangan ini tidaklah akan semakin mudah, namun seberat apa pun beban kita kedepan dengan segenap kepahaman hingga ke-tsiqohan kita.
Kita akan senantiasa tegar berdiri. Menapaki perjalanan panjang ini.
Mohonlah agar senantiasa diistiqomahkan di jalan-NYA.
Cinta akan menjadikan kita sibuk untuk senantiasa memberi dan bukan menuntut .
Langkah kita tidak akan kenal henti, sejak hari ihi hingga keSyahidan jadi milik kita."
Fasbiru..
BismiLLAAH assholatu wa sallam ‘ala rasuliLLAAH
Semoga Allah senantiasa melimpahkan barakahnya atas kita. Kita telah bertemu dan bersama di dunia ini, di atas jalan-NYA. Allah lah yang telah menuntun kita sampai di sini. Kita telah bersatu dan berjalan di atas niat mencari keridhaan-NYA. Allah lah yang patut dipuji atas semua karunia kebersamaan ini. Meski kita merasakan lika-liku keberasmaan ini juga tidak pernah sepi dari noda dan kekeliruan, namun kiata masing-masing perlu mengatakan “ innaLLAAHa ma'ana ”.
Al Ahzab 9-11:
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan berbagai purbasangka. Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.”
Ayat di atas menceritakan keadaan sebuah peperangan Ahzab yang hendak dihadapi oleh kaum muslimin dengan kaum kafir. Allah menceritakan kepada kita, bahwa pada saat itu kaum kafir datang dari segala penjuru, dari atas dan dari bawah sedemikian banyaknya sehingga timbul rasa takut dalam diri sebagian kaum muslimin. Bahkan sedemikian hebatnya rasa takut itu sehingga Allah menggambarkan bahwa pada saat itu kaum muslimin hatinya seakan-akan naik menyesak sampai ke tenggorokan, dalam kelanjutan ayat itu disebutkan bahwa Allah hendak menguji keimanan kaum muslimin. Sebagian kaum muslimin berprasangka yang baik kepada Allah dan tetap teguh keimanan mereka. Namun sebagian lainnya goyah dan berprasangka buruk terhadap Allah.
Sahabatku…..
Marilah kita tengok kedalam diri kita. Pernahkah kita mengalami kondisi yang sama? Pernahkah kita mengalami keadaan dalam hari-hari kita dimana kita dihadapkan kepada suatu permasalahan yang begitu besarnya (menurut kita) sehingga kita takut, gelisah dan berprasangka yang buruk kepada Allah? Pernahkah kita mengalami suatu permasalahan yang mana kita merasa bahwa kita ditinggalkan oleh-Nya?
Jika pernah, yakinlah sahabatku, bahwa kita sedang diuji oleh Allah. Allah menguji sejauh mana keimanan kita. Sejauh mana keyakinan kita kepada Allah yang Maha Pelindung. Sejauh mana kepasrahan kita sebagai hamba kepada Allah Sang Pencipta.
Sahabatku……
Yakinlah bahwa satu kesusahan diapit oleh dua kemudahan. Yakinlah bahwa sesudah kesusahan insyaAllah pasti ada kemudahan. Berprasangka baiklah kepada Allah, karena Dialah yang Maha Mengetahui seluk beluk diri hamba-hamba-Nya. Dan yakinlah bahwa Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang tidak akan pernah mendzhalimi hamba-hamba-Nya. Setiap ujian dan cobaan yang menghadapi diri kita dan kita ikhlas serta sabar menjalaninya maka Allah berjanji akan membalasnya dengan sesuatu yang teramat baik yang belum pernah kita menjumpainya atau bahkan belum pernah terbesit sedikitpun kebaikan itu dalam pikiran kita. Oleh karena itu sahabat, selamat menerima dan menjalani jamuan Allah yaitu cobaan dan ujian hidup……"
tausiyah di atas merupakan kiriman email dari seorang teman
readmore »»  

Jumat, 15 Januari 2010

Ya Allah.....

Bagaimana kabar keimananmu?
Bagaimana kabar keimananmu hari ini?
Pertanyaan yang singkat namun jawabannya yg tahu hanyalah pada diri kita sendiri. Jika saya bilang, keimanan kita sama dgn keadaan ruhiyah kita. Suatu hubungan privacy kita pada Allah. Selalu terisi ataukah kering? Ehm,... sedih banget ketika diri ini mengalami kekeringan dalam diri. Na'udzubillah, tsumma na'udzubillah... Yg ada hanyalah kemalasan dalam melakukan segala hal dan yg paling membahayakan adalah merasa suatu keputus asaan ( semoga ini tidak boleh terjadi lagi!!!)
Dirasakan atau tidak, keadaan ruhiyah kita sangat mempengaruhi segala aktivitas sehari-hari. Kekuatan ruhiyah itu sangat besar. MasyaAllahu!! Seorang ukhti pernah berkata padaku, " dek, kelelahan jasmani tidak akan pernah terasa jika keadaan ruhiyah kita selalu terisi. Imbangilah aktivitas dunia kita dgn pengisian ruhiyah pada diri kita."
Ingatkah kita, pertanyaan pertama yg Rosul ajukan kepada para sahabat-sahabatnya ketika akan memulai perang?? "Apakah semalam kalian melaksanakan tahajud?" Terlihat sekali bahwa Rosul lebih mementingkan masalah ruhiyah dalam beraktifitas.

Gimana semalam QL- nya, ukh?
Dah sampai mana nih tilawahnya?
Sebulan berapa kali shaum sunnahnya?
Al ma'tsuratnya gak ketinggalan kan?
Dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain.... yang sudah harus terekam pada diri sendiri, tanpa harus ada yang mengingatkannya lagi.

Dan renungkanlah ini...........
Hari ini entah kenapa ibadah dan amal salih sepertinya enggan bersahabat denganku. Saat kutanyakan, kenapa? Keduanya menjawab: " Karena kami tidak menemukan guratan rindu akherat di wajahmu"
Jazakillah khair untuk seorang ukhti yang selalu mengingatkan diriku, dan yang selalu memberi motivasi padaku...
readmore »»  

Pribadi Muslim

Bismillahirrahmaanirrahiim..
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih).
Salimul aqidah merupakan sesuatu yg harus ada pada setiap muslim. Dgn aqidah yg bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yg kuat kepada Allah SWT. Dgn ikatan yg kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dgn kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yg artinya: .
"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam" (QS. 6:162). .
Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da'wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar).
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yg penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: . "Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat". Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kpd sunnah Rasul SAW yg berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh).
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yg harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dgn makhluk-makhluk-Nya. Dgn akhlak yg mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yg mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yg agung shg diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur'an. .Allah berfirman yg artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung" (QS. 68:4).
4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani).
• Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yg harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh shg dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dgn fisiknya yg kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yg harus dilaksanakan dgn fisik yg sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. .
• Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sbg sesuatu yg wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yg penting, maka Rasulullah SAW bersabda yg artinya: "Mukmin yg kuat lebih aku cintai daripada mukmin yg lemah (HR. Muslim)
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir).
• Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yg juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adl fatonah (cerdas). Al Qur'an juga banyak mengungkap ayat-ayat yg merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yg artinya: "Mereka bertanya kepadamu ttg khamar dan judi. Katakanlah: " pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yg mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yg lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir" (QS 2:219) .
• Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yg harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dgn aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yg luas. .Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. .
• Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yg artinya: Katakanlah: "samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?"', sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (QS 39:9)
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu).
• Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yg harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yg baik dan yg buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yg baik dan menghindari yg buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dlm melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yg ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yg artinya: "Tidak beriman seseorang dari kamu shg ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yg aku bawa (ajaran Islam)" (HR. Hakim)
7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu).
• Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yg begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur'an dgn menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya. .
• Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yg sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yg 24 jam itu, ada manusia yg beruntung dan tak sedikit manusia yg rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yg menyatakan: "Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu". Waktu merupakan sesuatu yg cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. .
• Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan).
• Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. .
• Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yg mesti mendapat perhatian serius dlm penunaian tugas-tugas.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha mandiri).
• Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yg harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yg amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yg telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yg baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur'an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yg sangat tinggi. .
• Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.
10. Nafi'un Lighoirihi (bermanfaat bagi org lain).
• Nafi'un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik shg dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yg baik dlm masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yg artinya: "Sebaik-baik manusia adl yg paling bermanfaat bagi orang lain" (HR. Qudhy dari Jabir). .
• Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al Qur'an dan sunnah. Sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing
readmore »»