Rabu, 05 Agustus 2009

PPL, Proses PembelajaranQ seorang calon guru…

Setelah pelepasan oleh Dosen Pembimbing kami di SMA A-Ikhlas, kami baru merasakan diri tanpa seorang pendamping. Berada di sebuah lingkungan baru, komunitas yang akan menjadi bagian dari kami selama dua bulan setengah ini, dari awal Agustus hingga 19 Oktober nanti. Ternyata beradaptasi dari kondisi nyaman ke kondisi yang tidak nyaman adalah sesuatu hal yang teramat sulit dilakukan oleh seseorang. Tapi berlaku seperti itu terus bukan suatu solusi bagi kami peserta PPL. Peserta yang magang pada sebuah sekolah dalam mengimplementasikan diri, praktek sebenarnya. Maka kondisi tak nyamanpun harus dikelola sebaik mungkin untuk memberikan hasil yang maksimal.

Hal pertama yang harus kami lakukan adalah beradaptasi dengan guru-guru sebenarnya sambil melakukan tugas observasi dalam satu minggu ini tentunya. Berkeliling mengitari sekolah yang sebelumnya hanya kami kenal nama saja. Berkenalan dengan dosen pamong serta berusaha menyamakan persepsi guru-guru, mempelajari silabus, membuat RPP yang selama ini hanya kami pelajari secara singkat.

Melalui beberapa proses yang singkat, berkomunikasi dengan guru-guru mutlak harus dilakukan. Ketika bertemu dengan pamongku, Ya Allah terkejut rasanya ketika aku disodorkan 2 buku kelas 3 SMA, IPA dan IPS. Bagaimana tidak, ketika pembekalan yang aku tahu mahasiswa PPL hanya diperkenankan mengajar di kelas 1 dan 2 SMA. Awalnya aku merasa tak sanggup dan kusampaikan pada guru pamongku, ibu Aminah. Tapi beliau meyakinkanku bahwa aku sanggup dan mampu melaksanakan tugas itu. Dan yang lebih parah lagi, waktu seminggu yang seharusnya kugunakan untuk observasi, aku sudah harus masuk kelas dan mengajar full time. Hari ini, aku mengajar di kelas 3 IPA 1, 3 IPS 1 dan 3 IPS 2. Rabbi, Bantu hamba, pekikku dalam hati.

Grogi rasanya memasuki kelas itu. Awalnya ku isi dengan perkenalan… ya banyak yang tanya. Dari yang serius sampai yang kocak.. Allah, Kau beri hamba kemudahan…
Dan ternyata, semua tak seperti apa yang aku pikirkan. Siswa-siswi yang aku ajar tak seburuk pikiranku, ketakutan itu muncul mungkin karna aku takut hukum karma, pada masa SMA dulu.

Berkomunikasi dengan anak-anak SMA begitu menyenangkan. Satu pelajaran yang bisa kuambil adalah perlunya psikologi remaja dalam proses belajar mengajar khususnya calon guru. Kedekatan emosional dengan tetap menjaga batasan guru dan siswa.

Rabbi, terima kasih ………..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Assalamua'laikum...